Lihat ke Halaman Asli

Zahra Salsabiila

Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun

Masih Efektifkah Kegiatan OPSPEK di Perguruan Tinggi?

Diperbarui: 8 Januari 2022   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto:  freepik.com/prostooleh

Pandemi Covid-19 memaksa manusia untuk terus beradaptasi. Banyak kegiatan akhirnya dilakukan secara daring. Tidak terkecuali, OPSPEK di perguruan tinggi. Hal ini tentu saja memberikan dampak positif dan negatifnya tersendiri terhadap mahasiswa.

Kegiatan OPSPEK sudah tentu tidak asing lagi di mata mahasiswa. Setiap mahasiswa  baik di Perguruan Tinggi Negeri atau Perguruan Tinggi Swasta mengalaminya. Di beberapa perguruan tinggi di Indonesia, kegiatan OPSPEK ini bahkan dilakukan dalam beberapa tingkatan. Mulai dari tingkat universitas, fakultas hingga tingkat program studi atau jurusan. Tak jarang berlangsung lebih dari 2 semester.

OPSPEK (Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus) merupakan program kegiatan yang diadakan pada permulaan jenjang perkuliahan yang bertujuan untuk mengenalkan dunia kampus kepada mahasiswa baru. Meski namanya beberapa kali mengalami perubahan seperti saat ini diberi nama PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru) tetapi istilah OPSPEK lebih familiar dan masih sering digunakan oleh orang banyak saat ini.

Dalam prakteknya isi dari kegiatan OPSPEK ini walau berpedoman kepada peraturan yang telah ditetapkan kementerian pendidikan, hal ini kembali lagi tergantung kepada universitas terlebih lagi kepada panitia dan senior yang langsung berinteraksi dalam kegiatan. Sehingga bagaimana jalannya kegiatan OPSPEK bersifat relative, antar perguruan tinggi bisa berbeda. Jangankan antar perguruan tinggi, antar jurusan dalam satu fakultas atau satu universitas bisa berbeda.

Mahasiswa mengalami berbagai kesulitan dimasa pandemi ini. Untuk bisa mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas saja, mahasiswa sudah dihadapi oleh berbagai kesulitan. Mulai dari fasilitas yang belum memadai, terkendala kuota dan jaringan, juga harus memahami materi yang diberikan dosen ditengah-ditengah berbagai kendala yang dialami.

Ditengah kesulitan yang dihadapinya untuk memahami dan menjalani tugas pokok sebagai mahasiswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran kuliah secara daring, mahasiswa juga dihadapi dengan kegiatan OPSPEK yang rasanya tak kunjung usai. Hal ini terjadi pada mahasiswa di perguruan tinggi yang menerapkan ospek tingkat universitas, fakultas hingga program studi. Karena biasanya ospek tingkat program studi dilaksanakan pada semester yang semakin atas.

Kegiatan OPSPEK yang diadakan tingkat program studi tak jarang bersamaan dengan pelaksanaan perkuliahan di semester 2, 3 dst. Dengan kondisi materi perkuliahan yang semakin kompleks, juga tugas-tugas yang menyertainya. OPSPEK yang dihadapi sering kali tugasnya jauh lebih banyak dan merepotkan dibandingkan kegiatan pembelajaran. Sehingga mau tak mau fokus mahasiswa terbagi-bagi. Tak jarang mahasiswa menjadi hilang fokus terhadap pembelajaran bahkan sampai jatuh sakit. Seringkali tugas OPSPEK yang diberikan diluar konteks yang seharusnya. Juga masih adanya di senioritas di beberapa tempat.

Menurut Suharyanto H. Soro (2011), model OPSPEK yang ideal adalah seluruh civitas akademika (pimpinan universitas, dosen, pegawai, dan pengelola lembaga kemahasiswaan) berpartisipasi dalam tugas atau tanggung jawab masing-masing. Pimpinan, dosen dan pegawai berperan sebagai aktor, dengan tujuan untuk menciptakan kreativitas peserta OPSPEK sehingga memungkinkan mereka untuk memperoleh perubahan psikologis yang positif. Pada saat yang sama, pengurus kelompok atau lemabaga mahasiswa bertindak sebagai pelaksana di lapangan. Model ini mengantarkan kegiatan OPSPEK berjalan sesuai dengan tujuan awal.

Berdasar realita yang terjadi, panitia penyelenggara kegiatan OPSPEK seharusnya mempertimbangkan berbagai hal dalam pelaksanaannya. Salah satunya kegiatan yang dilaksanakan harus berlandaskan dan sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Salah satunya yaitu kegiatan penerimaan mahasiswa baru dilakukan berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, dan prinsip persaudaraan (asas humanis).

Kegiatan OPSPEK yang dilakukan semestinya berjalan lurus, searah dan fokus pada tujuan diselenggarakannya kegiatan. Berfokus pada pengenalan-pengenalan dan hal-hal baru yang ada dalam dunia perkuliahan. Sehingga nantinya mahasiswa bisa beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan dan hal-hal baru yang dihadapi. Sehingga hal-hal yang tidak berkaitan tidak perlu dimasukan kedalam agenda OPSPEK. Kemudian harus adanya pengawasan yang ketat dari Kementrian dan juga pihak Universitas atas berjalannya kegiatan OPSPEK agar berjalan sebagaimana mestinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline