Oleh: Syamsul Yakin & Ahmad Zahid Salafi
Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Situasi dan kondisi sangat memengaruhi proses retorika komunikasi verbal dan retorika komunikasi nonverbal. Pertama, kepada siapa komunikator berbicara.
Kedua, tujuan apa yang ingin dicapai oleh komunikator setelah mengirim pesan tersebut. Ketiga, seperti apa kondisi dan situasi seperti apa komunikator berbicara. Keempat, apa konteks yang dibicarakan.
Kelima, hendak kemana yang dimaksud oleh komunikator. Keenam, media apa yang digunakan oleh komunikator, apakah media tradisional, konvensional, atau media baru. Ketujuh, komunikasi tersebut terjadi di dalam acara atau event apa.
Dengan melihat media yang digunakan, komunikasi nonverbal dapat dibagi menjadi dua. Pertama, komunikasi tatap muka. Pada jenis komunikaai ini, berbagai pihak yang terlibat di dalamnya dapat memahami ekspresi tubuh masing-masing, sebagai pengganti dari komunikasi verbal.
Termaauk juga dengan kontak mata, baik itu melotot, memejamkannya, serta memutar mata itu memiliki makna yang dapat menggantikan komunikasi verbal. Hal tersebut menunjukan komunikasi verbal yang dilakukan tanpa menggunakan kata-kata namun dapat dimengerti.
Dalam komunikasi nonverbal dapat juga menggunakan interaksi tubuh, baik bahasa tubuh maupun gerak tubuh. Dalam hal ini bahasa tubuh dapat dipahami sebagai gerakan anggota tubuh sebagai sarana dari pengungkapan perasaan.
Dalam prosesnya komunikasi menggunakan gerak tubuh berbeda dengan bahasa tubuh. Gerak tubuh dapat terjadi secara begitu saja tanpa disadari dan tidak dapat dikontrol.
Kedua, Komunikasi yang dinamai sebagai komunikasi tatap maya atau virtual. Dengan berkembangnya teknologi komunikasi memicu bertambah banyaknya platfom media sosial yang ada. Dalam kuantitas, komunikasi tatap maya dengan komunikasi tatap muka relatif seimbang.