Lihat ke Halaman Asli

Puisi| Kota

Diperbarui: 30 Juli 2017   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kota telah berhenti bernyanyi,

dicurinya tawa dari saku kanan ke saku kiri.
Tak ada lagi keriangan anak-anak kecil di taman-taman kota.

Taman sejuta kata, tempat orang-orang

merenungi hari-hari akhir sebelum kematiannya,

meninggalkan nasib pada lampu dan bangku-bangkunya.

Si bapak sibuk dengan cara lama,

mencari suara untuk naik takhta,

lupa membangun kota dan perdaban.

Kota kita telah kehilangan nyawa,

ditariknya bibir-bibir itu ke dalam

kubangan penuh intrik dan tawa sinis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline