Dua teman saya belum lama ini kehilangan laptop. Satu diambil maling di rumahnya malam-malam dan satu lagi ketinggalan di tempat makan siang dan tak pernah kembali lagi. Kehilangan laptop mungkin tidak terlalu jadi soal karena bisa beli lagi bahkan dengan model yang lebih baru. Tapi seringkali yang lebih bernilai justru isi laptopnya. Data-data di dalamnya tidak sebanding dengan nilai jual laptop yang akan diterima si maling. Beruntung jika kebetulan punya back-up untuk data-data penting tersebut. Misalnya, disimpan di tempat lain seperti dalam flash disk atau portable hardisk yang kapasitasnya jauh lebih besar. Celakanya, biasanya laptop kita masukkan dalam satu tas dengan penyimpan data cadangan tersebut. Jadi potensi hilang secara bersamaan menjadi cukup besar pula. Sebenarnya, kalau saja teman-teman saya tadi menggunakan layanan seperti Dropbox, hilang laptop mungkin tidak akan menyebabkan masalah lebih besar. Apa itu Dropbox? Dropbox sering disebut sebagai produk consumer cloud. Sederhananya, Dropbox ini seperti "virtual hardisk" tempat kita menyimpan data di internet. Bedanya dengan file hosting, Dropbox ini terhubung langsung dengan sebuah folder di perangkat yang kita gunakan baik laptop, desktop, tablet atau smartphone. Saat kita menyimpan file-file penting di komputer/laptop, maka secara otomatis akan tersimpan pula di Dropbox. Jadi tidak perlu proses upload dan download seperti saat mengirim e-mail atau menyimpan file di web server. Saya belum terlalu lama tahu dan menggunakan layanan ini. Tapi sepintas manfaatnya begitu besar: (1) sebagai back up jika terjadi kemalingan seperti kasus teman saya; (2) cadangan jika penyimpan data seperti flash disk atau external harddisk ketinggalan; (3) tidak perlu repot membawa segala macam penyimpan data dengan risiko hilang di jalan jika kita sering bepergian. Kita bisa menjajal layanan Dropbox ini secara cuma-cuma untuk kapasitas 2GB. Tapi selebihnya tentu saja harus merogoh kocek sebesar $9.99 perbulan untuk 50GB dan $19,9 untuk 100GB. Biaya tersebut bisa jadi cukup besar, tapi sudah pasti bisa menyelamatkan kehilangan data yang nilainya jauh lebih besar. Sebagai tambahan, situs ReadWriteWeb.com menobatkan Dropbox sebagai "Top 10 Consumer Web Products of 2011". Tahun 2009 lalu, perusahaan ini juga pernah mau diakuisisi oleh Apple tapi mereka percaya diri untuk mengembangkan layanannya sendiri. Karena gagal mengakuisisi, Apple pun konon bikin produk tandingan yang disebut iCloud. Selain harus bayar tadi, menurut ReadWriteWeb.com, yang masih mengganjal jika kita menggunakan layanan Dropbox adalah soal privacy. Tapi jika Anda tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, sekarang bisa mencoba daftar Dropbox lewat webnya di sini. image: dropbox.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H