Lihat ke Halaman Asli

Sensasi Berlangganan "Kompas" Edisi Digital

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_106319" align="aligncenter" width="500" caption="Tampilan Kompas Reader"][/caption] Lewat tengah malam, 1 Mei 2011. Saya lagi asik bolak-bolik laman epaper Kompas. Tiba-tiba klik mengarah (atau tepatnya dialihkan) ke halaman Kompas Digital. Muncul tulisan: Mulai 1 Mei 2011, harian Kompas edisi Digital dikenakan biaya berlangganan. Duh! Disebutkan harga berlangganan Rp 50.000 perbulan, atau jika memilih berlangganan langsung satu tahun cukup membayar Rp 500.000. Sebagai "benefit" pelanggan mendapatkan sekaligus: KOMPASCetak.com, KOMPAS ePaper dan KOMPAS Reader. Ya, harga tersebut pastinya lebih murah dari harga langganan edisi kertasnya. Terus terang, saya berhenti langganan edisi kertas lebih dari setahun yang lalu. Sayang kalau harus bayar, internet menyala 24 jam di rumah. Dan kalau lagi pergi nomad, tablet saya juga sudah ada langganan internet wireless-nya. Hehee.. Singkat cerita, setelah baca-baca ketentuan berlangganan saya putuskan menjajal edisi digital ini. Untuk satu bulan dulu. Biar bisa mencicipi Kompas "rasa baru" (bayar maksudnya, haha). Karena single sign on, saya tinggal melengkapi alamat saja dan masa berlangganan. Untuk pilihan pembayaran? Ada BCA dan BNI. Begitu saya klik, duh ternyata disuruh transfer. Harus menunggu hari Senin dong! Akhirnya saya pilih opsi ketiga untuk urusan pembayaran ini. Kebetulan saya punya Paypal dan awal bulan ini saldonya lagi lumayan banyak (pamer..haha). Cukup sekali klik, dikeluarkan $5.95, jadilah saya berlangaganan Kompas edisi digital untuk bulan Mei. Pertamax kah? Horee.. [caption id="attachment_106320" align="aligncenter" width="500" caption="Status Berlangganan Edisi Digital"][/caption] Ada beberapa hal menarik bagi saya dengan Kompas edisi digital ini. Pertama, konten berita premium sebenarnya sudah pernah ditawarkan oleh beberapa media nasional lain baik cetak maupun online. Misalnya, sukses sebagai portal berita, Detikcom pernah membuat edisi berbayar yang sejak lama "discontinue". Kedua, transisi ke digital yang dilakukan Kompas saya katakan "lebih serius". Aplikasi seperti untuk iPad dan Kompas Reader merupakan poin penting untuk menggaet pelanggan. Beberapa tahun lalu saya pernah menjajal, aplikasi seperti Kompas Reader ini juga dipakai oleh The New York Times. Keunggulannya karena memungkinkan pelanggan membaca berita secara offline. Ketiga, urusan bayar-membayar memang hal paling unik dan pelik di negara kita. Kadang-kadang ribet dan tidak sesuai dengan semangat era digital. Transaksi online konon tersendat karena faktor ini. Seharusnya kartu kredit bisa dipakai sebagai alat pembayaran yang sah. Ada sekitar 13 juta pemilik kartu di Indonesia (sebagiannya dikejar-kejar debt collector, haha). Dari total 307.879 anggota Kompas.com terdaftar (per 1 Mei), mungkin akan banyak yang kepincut berlangganan jika tersedia opsi pembayaran dengan kartu ini. Soal keamanan? Semua maskapai penerbangan domestik sudah menggunakannya. Akhirnya, selamat datang Kompas Digital! Apakah anda juga tertarik berlangganan koran rasa baru ini? PEMBETULAN: Konten berbayar dari Detik.com (www.detikportal.com) ternyata masih ada, hanya beberapa kanal yang ditiadakan mulai 2010.  Dalam tulisan ini saya asumsikan tidak ada lagi karena tidak pernah menemukan tautan dari www.detik.com sebagi induknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline