Lihat ke Halaman Asli

Zaharo Assaffanah

Mahasiswa IAIN Jember

Guru Mencintai Muridnya?

Diperbarui: 3 April 2020   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

By : Zaharo Assaffanah 

Guru Mencintai Muridnya?

Pasti kalian semua sudah tau kan apa itu cinta? Cinta adalah bagian yang tak terpisahkan oleh guru. Mengapa demikian? karena mereka mendidik dengan tulus, mengajar dengan sabar kepada kita, dan membimbing kita dengan ikhlas, dari yang awalnya kita belum tau apa-apa akhirnya kita menjadi tahu. karena bagian didikan dari seorang guru.

Cinta guru kepada kita merupakan cinta yang tulus, mereka memberi tanpa menerima. Karena harapan mereka hanya satu, yakni agar muridnya kelak dapat menjadi orang yang berakhlak mulia dan memberi manfaat kepada semua orang. Dan dengan cintalah guru akan tahu seperti apa karakter siswa nya yang sedang mereka didik.

Guru yang penuh cinta akan mengajar dengan penuh kecintaan pula. Guru yang penuh cinta juga akan memberikan banyak cerita, memberi pengalaman , dan cinta guru adalah cinta yang mempersatukan, bukan memperseterukan.  beliau akan meninggalkan bekas yang indah di hati muridnya. Karena rasa cinta adalah faktor utama keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Dengan cintapun  guru mencoba memahami karakter siswa nya, dengan cinta guru akan memperdalam pengetahuan tentang cara mendidik muridnya dengan baik.dan murid akan di anggapa anak-anaknya sendiri. 

Bagi guru pun tidak ada istilah cinta buta, cinta beliau kepada kita adalah cinta yang realita. Jika cinta guru kepada muridnya buta, maka celakalah murid yang mereka didik.

Dalam perspektif pedagogik, rasa cinta guru kepada murid akan terdeteksi dari caranya menyikapi murid. Apakah guru tersebut menyikapi setiap permasalahan yang dihadapi dilapangan itu dengan menghamba pada emosi atau dengan menggunakan hati.

Hukuman yang diberikan pada murid bukan atas dasar emosi semata, bukan untuk melukai dan menyakiti. Guru yang mencintai dengan murni, memberikan hukuman yang bernuansa edukasi, tanpa meninggalkan dan melupakan esensi hukumannya.

Terkadang cinta memang sulit untuk dideskripsikan. Sulit dikatakan, sulit digambarkan, dan sulit dituliskan, tapi yang jelas kita merasakan kehadiran akan adanya cinta itu. 

Pada intinya cinta tidak mungkin mencaci atau memaki. Guru yang mencintai dengan murni tidak akan menyelesaikan masalah dengan masalah, namun menyelesaikan masalah dengan bijaksana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline