Lihat ke Halaman Asli

Zahara Zahra Zettira

Mahasiswa - Trisakti School of Management

Lee Kuan Yew: Sang Founding Father of Modern Singapura dengan Gaya Kepemimpinannya menjadi Perdana Menteri Terlama Sepanjang Sejarah

Diperbarui: 25 Agustus 2024   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Jobstreet

I do not yet know of a man who became a Leader as a result of having undergone a leadership course

1. Biografi (Lee Kuan Yew)

Lee, sapaan yang kerap digunakan untuk memanggil beliau, lahir pada tanggal 16 September 1923, dari pasangan Lee Chin Koon, seorang warga Singapura kelahiran Semarang, dan Chua Jim Neo. Ia bersekolah di SD Telok Kurau, Raffles Institution dan Raffles College. Kuliahnya tertunda akibat Perang Dunia II dan pendudukan Jepang di Singapura pada 1942--1945. Pada masa itu, ia menjual Stikfas, sejenis lem yang dibuat dari tapioka, di pasar gelap. Lee yang sejak 1942 mengambil mata pelajaran bahasa Mandarin dan bahasa Jepang bekerja sebagai penulis laporan kilat Sekutu bagi Jepang serta menjadi editor bahasa Inggris untuk koran Jepang Hobudu (alat propaganda) dari 1943--1944. Setelah perang berakhir, Lee mengambil jurusan hukum di Fitzwilliam College, Inggris. Ia kembali ke Singapura pada 1949 untuk bekerja sebagai pengacara di biro Laycock & Ong.

Sumber: Quora

2. Karir Politik

Pada 1954, Lee bersama sekelompok rekan kelas menengah yang berpendidikan di Inggris membentuk Partai Aksi Rakyat (PAP) untuk mendorong berdirinya pemerintahan Singapura yang berdaulat sehingga kolonialisme Britania Raya dapat berakhir. Lima tahun kemudian, pada 1959, Lee terpilih sebagai Perdana Menteri pertama Singapura, menggantikan mantan Kepala Menteri Singapura, David Saul Marshall. Lee kembali terpilih menjadi PM untuk ketujuh kalinya berturut-turut dalam kondisi Singapura yang bercondong kepada demokrasi terbatas (1963, 1968, 1972, 1976, 1980, 1984 dan 1988), hingga pengunduran dirinya pada November 1990 kemudian menjabat sebagai Menteri Senior pada kabinet Goh Chok Tong. Pada Agustus 2004, tatkala Goh mundur dan digantikan oleh anak Lee, Lee Hsien Loong, Goh menjabat sebagai Menteri Senior, dan Lee Kuan Yew menjabat posisi baru, yakni Menteri Mentor.

Lee Kuan Yew: If you want to reach your goals and dreams, you cannot do it without discipline

3. Gaya Kepemimpinan Lee Kuan Yew semasa menjabat menjadi Perdana Menteri 

Lee Kuan Yew menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura dari tahun 1953 hingga 1990. Dalam kepemimpinannya, Lee membahas kontradiksi antara gaya kepemimpinan Otoriter dan Demokratis, yang kemudian disebut sebagai rezim mobokrasi atau hibrida, atau "demokrasi Asia," yaitu demokrasi untuk tujuan melestarikan tradisi komunal Singapura. Mr Lee telah digambarkan oleh beberapa ahli sebagai pemimpin karismatik, diktator, dan pemimpin transformasional yang mampu menginspirasi orang dan membawa kemajuan besar di segala bidang. 

Model kepemimpinan Mr Lee menjadi alat untuk menjaga proses politik dan ekonomi Singapura yang kuat dan stabil. Mr Lee berhasil mengubah Singapura menjadi negara maju dan negara terbesar ketiga di dunia dalam waktu yang relatif singkat (30 tahun). Menurut Heritage Foundation, Singapura menduduki peringkat kedua dunia dalam Sepuluh Peringkat Kebebasan Ekonomi tahun 2013, dengan skor rata-rata 88,0, sebagai negara yang taat hukum, tata kelola terbatas, efisiensi, dan pasar terbuka. Selain itu, Singapura dapat mencapai PDB sebesar $14.000 dan merupakan negara bebas korupsi. Point Point Penting dalam kepemimpinan Lee Kuan Yew : 

  • Gaya Kepemimpinan

Lee menerapkan gaya kepemimpinan Semi Otoriter, dimana ia meyakini bahwa batasan batasan dalam berdemokrasi di Negara Singapura diperlukan untuk menghormati nilai nilai luhur yang ada sebelumnya. Lee beranggapan bahwa nilai nilai Asia yang melekat dalam gaya kepemimpinannya akan sulit diubah menjadi Demokrasi ala ala Barat. Lee meyakini bahwa ketika diubah maka akan menyebabkan masalah seperti peningkatan kriminalitas, keluarga tunggal dengan anak nakal, dan penyalahgunaan obat terlarang. 

  • Kombinasi anatar Kebijakan Politik serta Ekonomi

Singapura dianggap sebagai rezim otoriter-kapitalis dengan kombinasi kebijakan politik dan ekonomi yang unik. Lee menciptakan sistem keamanan nasional dengan hukuman yang dapat diberikan oleh pemerintah. Singapura dikategorikan sebagai "hybrid regime" karena menggabungkan elemen-elemen demokrasi ala Barat dengan nilai-nilai tradisi Asia. Pemerintahan PAP menerapkan sistem "mengatur dengan rasa takut" untuk mempertahankan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. 

Dengan penerapan sistem semi-otoriter, Lee Kuan Yew berhasil membawa Singapura menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Singapura menduduki peringkat kedua dalam indeks Sepuluh Kebebasan Ekonomi. Lee Kuan Yew dikenal sebagai pemimpin yang menerapkan disiplin politik tinggi. Selain itu, ia memperhatikan prinsip-prinsip Machiavelli, yaitu lebih memilih untuk ditakuti daripada dicintai.

  • Dampak dari Gaya Kepemimpinan

Lee Kuan Yew dianggap sebagai pemimpin otoriter, dan penerapan nilai-nilai lokal Asia dalam kepemimpinannya dinilai sebagai otoritarianisme. Meskipun begitu, keberhasilannya dalam memajukan perekonomian Singapura diakui. Singapura dianggap sebagai salah satu negara sukses di Asia berkat kepemimpinan transformasional Lee Kuan Yew. Meskipun kritik terhadap sifat otoriter, realitas saat ini menunjukkan bahwa Singapura telah mencapai kemajuan yang signifikan. 

Kesimpulan

Jika kita melihat gaya kepemimpinan Lee Kuan Yew di Singapura, kita melihat bahwa peran pemimpin otoriter tidak serta merta dilambangkan dengan kekerasan atau dengan membatasi ruang di mana masyarakat dapat mengekspresikan pikiran dan gagasannya. Selama masa jabatannya sebagai Perdana Menteri Singapura pada tahun , Lee Kuan Yew menggabungkan gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis, yang kemudian disebut sebagai mobokrasi, rezim hibrida, atau “demokrasi gaya Asia”. Model Kepemimpinan Mr Lee adalah alat untuk menjaga proses politik dan ekonomi Singapura tetap kuat dan stabil. Gaya ini terbukti mampu mentransformasikan Singapura menjadi negara maju dalam waktu yang relatif singkat (30 tahun). 

Lee Kuan Yew berpendapat, demokrasi ala Barat menimbulkan berbagai permasalahan yang belum terselesaikan, seperti tingginya kriminalitas dan obat-obatan terlarang. Meskipun beberapa peneliti kepemimpinan menggambarkan gaya kepemimpinan Lee Kuan Yew sebagai pemimpin otokratis dan diktator, Lee juga merupakan pemimpin karismatik yang memotivasi warga Singapura dan mencapai kesuksesan besar di segala bidang. Gaya ini juga transformatif karena memungkinkan terjadinya kemajuan.

Zahara Zahra Zettira

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline