Akhir-akhir ini saya merasa kecanduan terhadap sosial media, saya jadi tidak produktif, waktu yang harusnya saya gunakan untuk menyelesaikan tugas, belajar, menyelesaikan buku yang tahun lalu saya beli, ataupun sekedar mencoba hobi baru, jadi tebuang sia-sia.
Parahnya hal itu saya lakukan setiap hari, sampai saya berada di titik dimana saya mulai bosan dan sadar yang dilakukan hanya membuang-buang waktu, dan mulai menemukan dopamine detox/ puasa dopamin.
Apasih Dopamine Detox Itu
Dopamin sendiri adalah sejenis neurotransmitter. Yang menciptakan dopamin adalah tubuh kita, sistem saraf menggunakannya untuk mengirim pesan antar sel saraf. Dopamin berperan dalam bagaimana kita merasakan kesenangan, penghargaan, motivasi, pembelajaran. Yang membantu kita berusaha, fokus, dan menemukan hal-hal yang menarik.
Dikutip dari health.harvard.edu Dopamine detox atau puasa dopamin dikenalkan oleh psikiater California, Dr. Cameron Sepah. Menurutnya puasa dopamine adalah sebuah metode, berdasarkan terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy) di mana kita bisa menjadi kurang didominasi oleh rangsangan tidak sehat seperti, teks, notifikasi, teknologi atau sosial media. Alih-alih secara otomatis menanggapi isyarat yang memicu kesenangan yang sementara, metode ini membiarkan otak kita beristirahat dan mengatur ulang dari stimulus yang mengakibatkan kecanduan.
Perilaku yang Membutuhkan Puasa Dopamin
Menurutnya ada enam perilaku kompulsif yaitu: makan secara emosional (makan bukan karena lapar tetapi karena sedang mengalami stress), penggunaan internet dan permainan yang berlebihan, perjudian dan belanja, pornografi dan masturbasi, pencarian sensasi dan hal baru (seperti menonton film thriller atau horror), dan narkoba.
Beliau menekankan bahwa puasa dopamin dapat digunakan untuk membantu mengendalikan perilaku apa pun yang menyebabkan perasaan tertekan atau berdampak negatif pada hidup.
Kesalahpahaman Dopamine Detox
Walaupun puasa dopamin merupakan hal positif, tapi banyak orang yang salah paham dengan puasa dopamin ini. Kesalahpahaman ini muncul karena pada dasarnya kita tidak bisa berpuasa dari dopamin. Meskipun dopamin meningkat sebagai respons terhadap penghargaan atau aktivitas yang menyenangkan, dopamin sebenarnya tidak menurun saat kita menghindari aktivitas yang terlalu merangsang, jadi puasa dopamin sebenarnya tidak menurunkan kadar dopamin.
Dalam wawancara dengan The New York Times, Dr. Sepah menyampaikan, "Dopamin hanyalah mekanisme yang menjelaskan bagaimana kecanduan dapat diperkuat, dan membuat judul yang menarik," tulisnya dalam email. Judulnya tidak harus dipahami secara harfiah. Dan disinilah kesalahpahaman dimulai.