Lihat ke Halaman Asli

Artikel Pertama

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_75214" align="aligncenter" width="141" caption="Predikat Penguasa Rimba"][/caption]

Singa tropis mengaum memberikan isyarat kepada alam sekitar. Pemberi sinyal kedatangan seorang pemimpin baru dalam gegap gempita hiruk pikuk yang mulai marut.

Katakan pada dunia yang tidak pernah sombong, penjagaannya telah berakhir saat aku diangkat menuju kehadirat-Nya. Sampaikan kepada para manusia yang memiliki lelaku terlalu angkuh, bahkan untuk mengatakan diri sendiri adalah bodoh.

Bukan suatu kebanggan yang berilmu dari belajar. Bukan kehebatan dari kekuatan didapat. Tidak ada detil sempurna bagi "se-onggok" ciptaan. Semua sama. Semua satu. Semua dilakukan bersama, dan itupun belum tentu mampu. Lantas ada yang maju sebagai sosok yang satu?

YANG MAHA TUNGGAL LAGI ESA hanya ALLAH.

Siapa diantara kamu yang merasa menjadi nomor satu? Siapa diantara kita yang mengaku kehebatan diri sendiri? Siapa yang merasa pikiran-pikirannya dapat merubah banyak hal?

Perubahan besar terletak pada kasih sayang Sang Pencipta. Perubahan juga terdapat pada kemurkaan Sang Pemilik. Diamkan bahasa kalian yang satu sekedar untuk mencemooh yang lain. Cairkan keras hati kita dengan tutur dialog yang santun dan ber-etika.

Hentikan asumsi yang mendekati "buruk sangka". Kebusukan hati yang kelak menghampiri akan merubah kita menjadi penyesal yang selalu berputus asa. Atau akan membawa kita kepada angkuh yang sebenarnya demi pembelaan.

Bukan disini mencari keadilan. Bukan kita yang menciptakan keadilan. Asas keadilan dilandasi dari MENGURUNG egoisme, mengutuk nafsu kepemilikan yang serakah, serta membumi-hanguskan praduga yang membusuk. Jika benar kita merasa benar, buktikan dengan cara yang benar. Tunjukkan dengan sikap yang benar, hingga para pengikut yang awan pun akan mengatakan kita benar.

Lihat kebodohan yang paling bodoh, berkata bodoh pada setiap lelaku bodoh yang dilakukan. Mengumpat bumi tempatnya berpijak dan dikubur kelak. Membandingkan tanahnya dengan hamparan diseberang, yang kenal-pun tidak. Mengacungkan ketakjuban akan kehebatan bangsa lain yang bukan saudara, dan mengatakan saudara sendiri sebagai pemalas kelas berat.

Jika kalian pandai, buatlah saudara ini pandai. Jika kau benar atas pendapat, utarakan rasa kecewa saudaramu ini dengan mengemban sebagai imam meraka. Bawakan kesejahteraan dan kebenaran yang menentramkan. Buatlah saudara-saudaramu bersyukur atas segala nikmat-Nya. Bukan turut mengumpat dan tak kunjung merubah nasib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline