Lihat ke Halaman Asli

Zainullah Shomad

Mahasiswa Ekonomi Islam IAIN Jember

Dosakah Sang Anak Ketika Mengingat Peran Sang Ayah

Diperbarui: 12 November 2018   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hidup di dunia bukan semata hanya untuk kepentingan kebahagian sekejab. Namun hidup di dunia juga harus faham bagaimana Dalam kehidupan yang diharapkan lebih harmonis,

 kemanfaatan bagi manusia lainnya dan ikut serta dalam peran masing" insan. 

Pada tanggal 12 November 2018 merupakan hari besar Bapak Nasional yang pada saat itu lahir karena Bapak merupakan pemimpin yang mempunyai peran untuk didikasi anak lebih berkrakter baik begitupun dengan sang ibu yang juga merupakan satu kesatuan dari keluarga.

Kenapa Ayah juga mempunyai peran dalam keluarga? Kenapa tidak hanya ibu! Padahal yang melahirkan adalah sang ibu "Ibu merupakan pendidikan utama dari sang Anak".

Ayah adalah seorang pemimpin utama dalam keluarga. Ayah pula yang mencari nafkah disetiap belut kehidupan keluarga. Mulai dari menata tempat tinggal, biaya hidup, dan kelangsungan peranan dalam bermasyarakat. 

Kerap kali peran dari seorang Ayah tidak lagi di Historikan (tidak di ingat) kembali. Dalam artian selesai merawat sampai anak tumbuh besar, lalu seenakNya sang Anak melupakan JasaNya. 

Padahal perjuangan untuk biaya hidup dan pendidikan tidaklah nyawa sebagai Taruhannya. Hujan" masih di sawah. Jerit matahari sebegitu panasnya masih saja asyik dengan cangkul kuno Nya. Itulah peran sang Ayah yang tidak bisa di Fosilkan dalam sejarah.

harapan besar dari tulisan ini kita sebagai mumungan kecil dari sang Ayah juga akan memberikan timbang balik yang sesuai harapan. Walau KenyataanNya seorang anak tidak akan mampu memberikan jasa sesuai dengan jasa Orang tua yang sudah di berikan kepada kita. Dalam artian ketika sudah memasuki masa dewasa banyak memang seorang anak lupa akan peran seorang Ayah semasa kecilnya. ketika saat sekolah SD, MTS, SMA semua biaya dan haluan pendidikan adalah sang Ayah yang berkorban bahuNya (bekerja keras) untuk biaya pendidikan sang Anak. Supaya sang anak tidak bodoh dan tidak ketinggalan pendidikan. Bahkan sampai kuliah pun Beasiswa tetap dari sang Ayah yang menanggungNya. 

Sebagai bahan Refleksi bahwa peran Ayah awalnya juga di alami seperti kita pada saat ini sebelum berkeluarga. Pernah jadi anak" dan pernah muda. Pernah pacaran dan pernah sekolah juga. Sama hanlnya ketika nantinya kita berkeluarga akan di stempelkan bahwa kita juga akan memberikan peran yang sama kepada anak dan cucu" kita kellak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline