Lihat ke Halaman Asli

zaenal hermansah

Mahasiwa Universitas Airlangga Surabaya

Mulai Hilangnya Kebudayaan Dalam Kehidupan

Diperbarui: 5 Juni 2022   01:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau ratusan bahasa ratusan suku dan ratusan bahasa, dengan semboyan bhinneka tunggal Ika yang tentu kita semua tau artinya " Berbeda beda tetapi tetap satu jua" makan ini sebenarnya sangat dalam apalagi dibidang toleransi. Dengan banyaknya pulau, suku, bahasa, dan lain sebagainya tentu Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kebudayaan. Kebudayaan adalah identitas diri bagi suatu negara, apalagi kebudayaan itu sampai dikenal oleh masyarakat internasional. Dengan kebudayaan yang sangat banyak sampai sampai kita tidak mengenal semua kebudayaan dari negara kita sendiri. Satu ciri yang paling mencolok dari dari kehidupan di Indonesia yang banyak di kenal warga internasional ada keramahan, masyarakat Indonesia dikenal dengan keramahan yang sangat tinggi kepada orang yang baru dikenal dan juga saling membantu atau berhubungan dengan orang diwilayah tempat tinggal. Namun saya merasa hal ini mulai ditinggalkan dimana sekarang terutama di kota - kota besar banyak yang tidak berbuat selayaknya tetangga dimana saling tolong menolong, bahkan sampai tidak mengenal siapa nama tetangga itu.

Bukan hanya dalam hal sosial yang mulai hilang dibidang toleransi juga sudah luntur. Mungkin banyak dari kita tahu di zaman dahulu banyak orang yang berada suku atau kebudayaan yang saling hidup berdampingan, Dimana orang yang minoritas bisa melaksanakan kebudayaannya dengan tidak terintimidasi. Jangan kan kebudayaan yang bisa di pelajari dalam hal kepercayaan atau agama dulu tidak ada intimidasi dalam melakukan ibadah mereka. Dewasa ini hal itu sudah berubah semua diama kebudayaan harus mengikuti mayoritas dan kebebasan beragama sudah tidak bisa dipertanggungjawabkan banyak tempat ibadah yang minoritas mengalami perusakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Hal yang paling miris adalah pengakuan budaya Indonesia yang diakui oleh negara lain. Tentu saya sebagai seorang Indonesia sangat miris dengan hal ini, hal ini mungkin tidak akan pernah terjadi kalau masyarakat Indonesia terutama di usia muda mau mempelajari dan Banga akan budaya Indonesia itu sendiri. Salah satu budaya Indonesia yang diakui oleh negara lain adalah reyog Ponorogo yang diakui oleh negara Malaysia. Padahal kesenia ini adalah kesenian asli Ponorogo Jawa timur. Mungkin banyak diantara pembaca yang tidak tau asal usul dari kesenian royog ini, secara garis besar kesenian ini diciptakan untuk meminang seorang putri dari kerajaan Kediri. Tentu kisah ini tidak kalah dengan kisah kisah luar negeri yang banyak dijadikan filem yang seringkali kita tonton. Tentu sangat sedih dimana kebudayaan ini diakui oleh negara lain yang tidak memiliki sangkut pautnya.

Mungkin kebudayaan atau kebiasaan baik yang menjadi nilai moral masyarakat Indonesia luntur karena masyarakatnya sendiri dimana banyak orang yang beranggapan bahwa kebudayaan asing lebih keren dari kebudayaan kita sendiri. Bukan hanya dalam bidang itu saja dalam berpenampilan mereka lebih bangga memakai pakaian yang kurang bermoral.

Kedepannya saya harap banyak instansi-instansi atau setidaknya dalam lingkup terkecil yaitu keluarga yang menanamkan nilai-nilai budaya Indonesia yang sangat elok dan apik dalam bermasyarakat. Peran pemerintah juga berpengaruh dalam hal ini, mungkin dalam instansi ada satu hari dalam satu pekan diwajibkan memakai batik. Dan juga diharapkan banyak diadakan nya pertunjukan kesenian yang secara tidak langsung mengajarkan kepada masyarakat milenial secara luar agar mereka tidak hilang kebudayaan yang seharusnya mereka jaga dan diwariskan ke generasi berikutnya. Jangan seperti pepatah wong Jawa ilang jawane, yang memiliki arti orang Jawa yang terlahir di tanah Jawa ataupun suku Jawa yang sudah kehilangan identitas jawanya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline