Lihat ke Halaman Asli

Zaenal Eko

Pernah jurnalis

Jurnal Discontinued: Produk Digital yang Dibenci Sekaligus Dirindukan

Diperbarui: 17 November 2022   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masih ingat jurnal Budapest dan Jurnal Konfrontasi yang terakhir di-discontinued oleh Dikti akhir September 2022 lalu? Mengapa Dikti menanggalkan status akreditasi kedua jurnal itu, tentu semua tahu dan alasan Dikti juga sangat masuk akal, walaupun tidak tertera secara eksplisit pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Nomor 138/E/KPT/2022.

 Salah satu rumor yang paling membekas yaitu tata kelola jurnal dengan jumlah artikel sebanyak itu tidak sebanding dengan jumlah personalia yang ada, sehingga patut dicurigai keseriusan proses seleksi naskah jelang penerbitannya. Masyarakat per-jurnalan ilmiah pasti paham dengan keputusan Dirjen Dikti tersebut.

Akan tetapi rasanya masih ada yang mengganjal. Sebenarnya siapakah sosok di balik jurnal Budapest International Research and Critics Institute (Birci) dan Konfrontasi itu? Sampai-sampai Dirjen Dikti mengeluarkan SK khusus tentang pencabutan akreditasi jurnal itu. 

Ranking Sinta pun juga belum maksimal. Budapest rangking 3, sementara Konfrontasi Sinta 5. Menakjubkannya, kedua jurnal tersebut ternyata masih satu payung, di bawah Bircu publisher. Tentu yang paling mengherankan, bagaimana bisa kedua jurnal itu menarik ribuan artikel yang penulisnya tak lain kebanyakan para insan perguruan tinggi itu? Luar biasa bukan?!

Ternyata sosok di baliknya, setidaknya menurut penulis, ia orang biasa saja seperti kebanyakan intelektual muda negeri ini yang sangat kreatif, yang mendirikan sebuah publishing house dengan alamat di Deli Serdang. 

Ya, dialah Muhammad Ridwan. Konon masih menempuh S-3 UIN Sumatra Utara. Birci/Bircu bukan hanya membuat jurnal. Proceeding konferensi dan buku pun ditawarkan. Hebatnya lagi, tampaknya ia seorang diri mampu meyakinkan kalangan intelektual kampus dari berbagai belahan bumi untuk menjadi mitra bestarinya. Luar biasa!

Memang sih nekadnya agak keterlaluan. Kebetulan ada nama Hisanori Kato sebagai salah satu reviewer. Ia memang orang Jepang ahli Indonesia, fasih Bahasa Indonesia dan banyak orang Indonesia mengenalnya, termasuk penulis. Setidaknya dua bukunya pernah diterbitkan grup Kompas.

 Salah satunya yang cukup menyita perhatian publik, buku berjudul, Indonesia Di mata Orang Jepang. Akan tetapi setelah diperhatikan, nama yang sama muncul dua kali dengan orang dan keahlian berbeda. Satunya ini ahli biologi.

Entah bagaimana ceritanya bisa menggaet nama sama, tapi orangnya beda itu. Hanya Ridwan yang tahu. Atas keputusan Dikti itu pun, Ridwan memiliki jawaban, bisa dicek di link berikut, https://tintajabar.com/management-birci-journal-akan-somasi-dikti-atas-pencabutan-akreditasi-yang-diduga-tidak-sesuai/

Menariknya, belum terdengar kasus itu masuk ke ranah hukum. Belum ada gugatan setidaknya yang penulis amati. Website jurnalnya masih bisa diakses. Artinya tidak ada perubahan drastis pada "dapur" usaha penerbit tersebut. Sayup-sayup, yang ada malah suara lirih simpati pada sosok pendiri "Budapest" ini. 

Banyak dosen tertolong, terutama yang diburu mendesaknya waktu pengajuan angka kredit. Keren, nama jurnalnya juga meng-Internasional banget. Siapa kira kalau yang bikin ternyata orang Indonesia, bukan makhluk hidup dari Ibu kota Hungaria itu. Bukan lembaga kampus lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline