Lihat ke Halaman Asli

Nahdlatul Ulama Perlu Konsens Lajnah Media

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun 1980 an MEDIA FILM bioskop atau layar tancap merambah pelosok Indonesia, salah satu efek negatifnya saat itu, adegan berkelahi dg berbagai macam alat dan gaya dalam film banyak ditiru oleh banyak generasi muda...

Tahun 1990 an MEDIA TV SWASTA mulai muncul, masih bisa dilakukan counter pengawasan terhadapnya dari tayangan yg bertentangan dg budaya Indonesia...

Tahun 2000 an MEDIA TV semakin mudah diakses, MEDIA INTERNET dan MEDIA yg ada dalam KEMASAN HANDPHONE semakin banyak memberikan hidangan menu yang "berlomba" antara yg bernuansa positif dengan yg berpendarkan virus yg menggerogoti nilai2 ketaatan dan menaburkan kemunkaran...

Menu tersebut tiap hari terhidangkan utk disantap, dikenyam dan menjadi asupan makanan bagi generasi senior NU yg sudah bisa memilah dan memilih, juga bagi generasi muda yang kemungkinan pada saatnya belum mempunyai filter, hingga kasus narkoba, kekerasan, pelecehan seksual, dsb di antaranya TERINSPIRASI DARI MEDIA YANG PERNAH DILIHATNYA...

Kalau dahulu Pondok Pesantren menjadi benteng dari penjajah dengan cara perlawanan/perjuangan secara fisik dan dari sisi budaya dengan cara "isolasi" dari budaya barat, maka saat sekarang dg kondisi zaman yg demikian maka NU sebagai ormas dan penghuni terbesar di bumi Indonesia ini sepertinya belum punya media mandiri, dan masih banyak masing2 bertengger di media yg dimiliki oleh non-NU, walau potensi NU dalam sistem pengelolaannya banyak tersebar dan berkiprah di berbagai media...

Dengan memiliki media yang baik yg dapat diarahkan ke sektor kebaikan, di antaranya juga akan mudah mengkondisikan gerakan sosial, pendidikan, kebudayaan, idealisme, dsb. Dari sisi perekonomian pun, asupan laba yang mengalir dari pemasang iklan sangat fantastis mengalir ke pundi-pundi perusahaan media, yang nota bene konsumen iklan tersebut adalah sebagian besar warga NU...

Sebaiknya segera kita melangkah bahkan jika mungkin berlari dan MELOMPAT minimal punya impian dan semangat seperti seorang sosok Dahlan iskan, Jokowi, SMK Bisa, dsb... sehingga Lajnah Ta'lif Wan Nasyr bisa lebih dikembangkan, atau lahirkan bayi Lajnah/Lembaga yang lebih konsentrasi ke pengembangan MEDIA NU di segala link-nya... (Situs/web di lingkungan NU pun masih banyak yg kurang dimanfaatkan maksimal kecuali NU.OR.ID/NU ONLINE, pun perlu selalu evaluasi dan pengembangan yang berkerangka dan berkesinambungan).

Atau, sudah adakah media TV NU yang bersifat nasional atau mungkin internasional (katanya NU ormas Islam terbesar dunia), sudah adakah lembaga/lajnah yg mengkoordinir dan mengembangkan media (SITUS/WEB PERSONAL DAN ORGANISASI, SERTA JEJARING SOSIAL, RADIO, TV, BULETIN, MAJALAH, KORAN, DSB) yg dimiliki oleh jama'ah/jam'iyyah NU... (Sekedar contoh Aa Gym saja bisa memancarkan TV Manajemen Qalbu/MQ, Radio Rodja FM sudah mulai merambah pada tayangan TV, akhirnya kita rindu dengan TV NU yg akan melantunkan nada Islami model NU juga tayangan budaya Islami model NU, dan tidak TERBISINGKAN OLEH MEDIA TV SWASTA LAIN yang kadang masih perlu direformasi di beberapa sisi)

Semoga bukan sekedar BISA tapi juga dapat DIBUKTIKAN...!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline