Lihat ke Halaman Asli

Zaenal Arifin

Kawula Alit

Rujak Sing Pedes

Diperbarui: 26 Maret 2019   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media Indonesia

Setiap kelompok masyarakat, desa, kota, suku, bangsa, negara memiliki bahasa dan budayanya sendiri. Bisa berbeda-beda, terkadang hal tertentu ada yang sama.

Mungkin sesama suku, dialeknya bisa berbeda. Sebut saja, sesama di Pulau Jawa. Ada suku Madura, Sunda, Tengger, Osing, dan lain-lain. 

Sama-sama suku Madura, antara Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bangkalan, dan Sumenep dialeknya tidak sama. Bahasanya bisa jadi sama, cara pengucapan, intonasi, penekanan, penggunaannya tak serupa.

****

Kejadian nyata terjadi waktu saya kuliah. Saya berasal dari Banyuwangi. Bahasa sehari-hari di rumah menggunakan Bahasa Jawa. Di Jember, tempat saya kuliah juga menggunakan Bahasa Jawa.

Saya membeli rujak uleg. Kebetulan penjual rujak bisa Bahasa Jawa, meskipun lagunya Bahasa Madura. Dimaklumi masyarakat asli sekitar kampus berasal dari Madura. Namun terjadi perbauran budaya dan bahasa. Sehingga terjadi Bahasa Jawa dengan logat Madura.

Saya.       : Bu, kulo pesen rujak sing pedes.

Bu rujak: Inggih Mas, monggo pinarak.

Saya.       : Inggih Bu.

Ibu penjual rujak masih melayani dua pembeli. Harus sabar menanti. Untuk menikmati rujak uleg favorit mahasiswa

Tiba giliran saya yang diulegkan. Saya perhatikan tangan Bu Rujak. Begitu lincah, bumbu-bumbu mulai dimasukkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline