Lihat ke Halaman Asli

Langkah Maju menuju Pendidikan Adaptif Kurikulum 1984 menuju Merdeka Belajar

Diperbarui: 6 Juli 2024   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan adalah fondasi penting dalam membangun bangsa yang maju dan berdaya saing. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan dan tantangan dalam dunia pendidikan terus berkembang, menuntut perubahan kurikulum yang responsif dan adaptif. Saat ini kurikulum sudah beberapa kali berganti, sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman yang ada, terdapat beberapa perbandingan antara kurikulum dahulu dengan kurikulum yang sekarang, seperti perbandingan antara Kurikulum 1984 dan Kurikulum Merdeka mencerminkan bagaimana pemikiran dan pendekatan dalam pendidikan telah berevolusi untuk menjawab tuntutan zaman.

Kurikulum 1984 Pendekatan Struktural dan Terstandar

Kurikulum 1984 di Indonesia dikenal dengan pendekatan struktural dan terstandar yang sangat ketat. Kurikulum ini didesain untuk memastikan keseragaman pendidikan di seluruh negeri, dengan tujuan membangun fondasi pengetahuan yang kuat bagi semua siswa. Penekanan pada mata pelajaran inti dan standar penilaian yang kaku merupakan ciri khas dari kurikulum ini. Di satu sisi, pendekatan ini berhasil menciptakan konsistensi dalam penyampaian materi pelajaran dan penilaian di seluruh sekolah. Namun, di sisi lain, pendekatan yang sangat terstandar ini seringkali mengabaikan perbedaan individual siswa dan kebutuhan lokal, yang dapat menghambat kreativitas dan inisiatif siswa.

Kurikulum Merdeka Fleksibilitas dan Personalization

Sebagai tanggapan atas tantangan era modern dan kritik terhadap pendekatan sebelumnya, Kurikulum Merdeka diinisiasi dengan semangat fleksibilitas dan personalisasi. Kurikulum Merdeka memberi kebebasan kepada sekolah dan guru untuk menyesuaikan materi ajar dengan kebutuhan dan minat siswa, serta konteks lokal. Pendekatan ini menekankan pembelajaran berbasis proyek, integrasi teknologi, dan pengembangan kompetensi abad ke-21 seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Fleksibilitas ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi minat mereka dan mengembangkan potensi secara maksimal, menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan relevan.

Ketika kita membandingkan Kurikulum 1984 dengan Kurikulum Merdeka, perbedaan utama terletak pada pendekatan dan tujuan pendidikan. Kurikulum 1984 fokus pada keseragaman dan standar nasional yang kuat, sementara Kurikulum Merdeka mengutamakan fleksibilitas, kreativitas, dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masa depan. Kurikulum Merdeka juga lebih responsif terhadap perubahan global dan perkembangan teknologi, yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi era industri 4.0 dan tantangan global lainnya.

Kedua kurikulum ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kurikulum 1984 berhasil menciptakan keseragaman dalam pendidikan, tetapi seringkali kurang memperhatikan individualitas dan konteks lokal. Kurikulum Merdeka, di sisi lain, membawa semangat baru dalam pendidikan dengan fleksibilitas dan fokus pada pengembangan kompetensi yang relevan dengan tantangan masa depan.

Untuk membangun sistem pendidikan yang unggul, Indonesia perlu terus berinovasi dan mengintegrasikan elemen terbaik dari berbagai pendekatan kurikulum. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa pendidikan di Indonesia tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan sikap yang dibutuhkan untuk menjadi warga negara yang produktif dan adaptif di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline