Lihat ke Halaman Asli

"99 Cahaya di Langit Eropa vs Davinci Code"

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sepertinya kita harus terus optimis melihat perkembangan film berkualitas di Indonesia. Di tengah maraknya film2 horor gak jelas yang bertebaran, Alhamdulillah masih banyak sineas2 di Indonesia yang peduli akan perkembangan film – film berkualitas. Salah satunya yang baru saja penulis tonton, film yang berjudul “99 Cahaya Di Langit Eropa”.

Sebuah film yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karangan Hanum Rais. menceritakan kisah nyata perjalanan putri Amin Rais itu saat menemani suaminya, Rangga yang mendapat beasiswa S3 di Wina, Austria.

3 tahun berada di Eropa ,yang notabene bukan Negara muslim, justru beliau mendapatkan banyak keajaiban – kejaiaban Islam yg berada di Eropa. Di film ini ia bertemu dengan orang – orang yang sangat menginpirasi mereka berdua , terutama dalam hal memaknai Islam tersebut. Mulai dari sosok Khan, si muslim dari India yang merupakan teman sekampus Rangga, yang memegang teguh prinsip keislamannya di tengah mayoritas non muslim. Marion Latimer, muaalaf Prancis yang menemani Hanum menjelajahi situs – situs Islam di Prancis. Fatma Pasha , muslimah keturunan Turki yang menjadi tempat Hanum bertanya dan menggali inspirasi Islam di Wina dan tentu saja Aisya, putri Fatma yang dalam film ini membuat penulis sedikit menitikkan airmata , sama halnya ketika menonton The Miracle Of Cell No 7.

because I believe….All children is special….

Ada begitu nuansa luar biasa terutama terkait keajaiban – kejaiban dan rahasia kemahsyuran Islam yang coba digambarkan melalui film ini. Contohnya, kerudung Bunda Maria yang berlafazkan Lailahailallah, dan banyak lambang, ornament dan berbagai lukisan yang ada tulisan symbol – symbol Islaman .

Seperti hal nya film Davinci Code yang mebuka tabir – tabir atau rahasia dari lukisan Davinci dan kejadian yang terjadi di dalam nya, film ini juga menggambarkan hal tersebut. Terlebih ketika Hanum berada di Prancis. Ketika ia diajak berkeliling melihat keajaiaban Islam di Paris. Namun, jika film da vinci code sangat kental akan nuansa illuminati dan freemansory nya, maka film ini sangat kental akan nuansa Islam dan Illahi nya.

Berikut kutipan dialog antara Marion Latimer kepada Hanum yang membuat pembaca harus menonton film ini :

“Ini yang disebut Axe Historique, Hanum. Atau garis imajiner yang tepat membelah kota Paris.
Banyak bangunan penting tepat berada di garis ini.

Sekarang kita berdiri di sini. Monumen du Carrousel, lalu monumen berbentuk pensil di depan sana itu, adalah Obelisk Luxor, Di tengah alun-alun Place de la Corcode.
Jika kau lanjutkan lagi garis ini, kau akan menjumpai La Grande Arche de la Defense,
bangunan unik setinggi 108 m di kawasan perkantoran paling terkenal di Paris.”

Garis yang simetris dan keteraturan tata letak bangunan kota itu.
Menunjukkan orang Paris sejak dulu begitu menjunjung tinggi nilai seni dan estetika.

Jika ditarik garis lurus Aze Historique ke timur, terus ke luar kota Paris,
dan terus menembus benua lain, maka kan kau dapati bahwa sesungguhnya bangunan itu tepat menghadap ke MEKKAH.

“Mungkin itulah maksud tersembunyi Napoleon ( yang kabarnya mualaf ) membangun Axe Historique. Sebutan lainnya adalah Voie Triomphale – Jalan Kemenangan”

Wallahu’alam

bonsoir




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline