Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Jaga Hati Sebagai Persiapan Puasa

Diperbarui: 12 Maret 2024   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Hati Yang Baik. Sumber Foto CapCut

Secara umum, persiapan puasa meliputi dua hal. Pertama fisik. Ini ada hubungan dengan makanan yang di konsumsi. Baik saat buka puasa maupun sahur. Pendapat pakar kesehatan dan dokter sudah banyak mengulas tentang itu.

Kedua, persiapan ruhani. Khusus yang ini, nampaknya lebih berat dibanding yang pertama. Berat karena tak ada hubungan dengan rasa kenyang. Tapi terkait kemampuan kita dalam mengelola hati.

Bicara tentang ruhani, pastilah harus melirik soal hati. Sebuah organ tubuh yang menurut hadits dapat memberi pengaruh sangat besar terhadap kondisi fisik seorang muslim. Pengaruhnya bahkan amat sangat vital.

Sabda Rosulullah SAW, "Didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Kalau baik, maka baiklah seluruh tubuh manusia. Tapi kalau rusak, niscaya rusak pula seluruh tubuh manusia. Segumpal daging itu bernama hati". (HR. Bukhari Muslim).

Sementara itu, sudah banyak ahli agama yang menyatakan bahwa puasa merupakan ibadah sosial. Bukan hanya bicara tentang diri sendiri. Namun juga harus melihat realitas sosial dimana kita hidup.

Ambil contoh gampang dalam sebuah komunitas. Baik yang berbentuk paguyugan, panitia sebuah kegiatan, oganisasi formal, kelompok pengajian, majelis taklim dsb. Anda tahu, relasi antar anggota dalam ragam paguyuban itu tidak selalu mulus bagai jalan tol.

Pasti terdapat kendala. Yang lalu berujung pada timbulnya masalah. Bahkan pada satu kondsi, dapat membawa kerusakan. Bisa organisasinya yang bubar, atau antar anggotanya bertengkar.

Apa faktor hingga muncul hal negatif demikian..? Yang sering jadi penyebab adalah tingkah polah satu atau beberapa orang diantara beberapa anggota. Ya benar. Terdapat anggota komunitas yang kadang jadi "penyakit".

Mungkin karena merasa kurang puas atau ada motivasi lain, ada-ada saja kelakuannya. Entah fitnah, protes tak berkesudahan, meracuni anggota lain dengan opini negatif dan perbuatan-perbuatan merusak lain.

Bagaimana menghadapi kelakuan yang seperti itu..? Mau tidak mau, kita mesti menerimanya. Bahkan harus dengan rasa ikhlas dan legowo. Mengapa, karena itu semua merupakan pemberian Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline