Seorang sahabat, sepupu sekaligus menantu Kanjeng Nabi Muhammad SAW, yaitu Ali bin Abi Thalib ra. berkata, "Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir".
Apa yang disampaikan oleh Sahabat Ali tersebut lalu menjadi dasar dan legitimasi. Betapa dalam islam membentuk organisasi amatlah penting. Mengapa, tentu karena punya nilai manfaat sangat besar.
Secara sederhana, organisasi merujuk kepada badan atau lembaga. Dimana untuk bisa berjalan dan aktif, tentu memerlukan personil. Baik yang duduk sebagai pengurus maupun yang menjadi anggota.
Naah, keinginan untuk masuk kedalam sebuah organisasi biasa dikenal dengan istilah hak berserikat. Yaitu idealisme seseorang untuk masuk bergabung kedalam satu organisasi tertentu, apapun jenis dan bentuknya.
Guna keperluan tulisan ini, untuk sementara istilah berserikat saya padankan dengan sebutan organisasi. Bukan hendak mengaburkan makna masing-masing. Tapi sekedar membuat simple pembahasan.
Maka dalam hubungannya dengan Topik Pilihan Kompasiana kali ini, berikut saya tuturkan sekelumit pengetahuan dan pengalaman tentang organisasi. Lalu nanti kita arahkan pada materi pekerja berserikat.
Muncul pertanyaan, apakah dengan berserikat lalu menjamin terciptanya kesejahteraan.? Jawabnya tidak. Mengapa, karena antara sejahtera dan berserikat itu merupakan dua situasi berbeda.
Anda tahu, sejahtera adalah relatif. Bahkan dari sisi doktrin, ada di wilayah nasib yang ditentukan oleh Tuhan. Sementara berserikat, masuk ke wilayah upaya. Atau dalam konteks islami, disebut ikhtiar.
Maka menjadi benar. Bahwa berserikat bukan sebuah jaminan terciptanya kehidupan yang aman, damai, makmur, bahagia dan sejenisnya. Dengan kata lain, tujuan berserikat hakikatnya bukan untuk itu.
Tapi kalau berserikat ditujukan pada upaya membuka peluang lebih besar atas tercapainya kesejateraan, ini baru benar. Hingga bisa dikatakan, bahwa berserikat itu sebenarnya adalah sebuah potensi.