Pilpres 2024 menghadirkan ragam kejutan. Kondisi politik yang tidak pernah terbayangkan justru terjadi. Dan kecenderungan yang memang diprediksi pengamat, tokoh politik dan masyarakat luas malah tak terbukti.
Yang lebih mengherankan, keterikatan kader, dan bisa jadi pula para anggotanya di bawah, terhadap partai mengalami pergeseran. Bahkan terdapat pola rekruitmen yang terbalik dibanding sebelumnya.
Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Presiden Jokowi, yang sedari awal eksis di dunia politik berkat endorse dan dukungan kuat PDIP, “tega-teganya’ nyebrang ke poros Gerindra. Ambil sikap terima tawaran sebagai cawapres Prabowo.
Wali Kota Medan Bobby Nasution, yang merupakan suami Kahiyang Ayu anak kedua Jokowi, setali tiga uang. Tegas menyatakan diri mendukung capres cawapres lawan dari poros PDIP, yaitu Prabowo-Gibran
Adakah Jokowi yang tak lain tak bukan juga mengorbit secara politik berkat “anugerah” dari PDIP mendukung sikap dan pilihan anak sulung dan menantunya itu..? Kalau menurut saya, ya iyalah.
Buktinya..? Yang paling kongkrit alias kasat mata adalah jawaban beliau ketika ditanya wartawan sesaat setelah Gibran jadi pasangan Prabowo. Dikutip dari berbagai sumber, Jokowi menyatakan “Tugas Orang Tua Adalah Mendoakan dan Merestui”.
Fakta lain, ada partai politik yang lahir dari rahim NU bernama PKB, koalisi bersama PKS mengajukan pasangan kandidat capres Anies Baswedan dan cawapres Muhaimin Iskandar. Terkenal dengan singkatan AMIN.
Heran tidak, terutama dikalangan Nahdliyin..? Pasti. Lha, seumur-umur eksis sebagai peserta pemilu, sebagian besar warga NU anggap PKS kontra ideologi NU. Masak PKB lalu enteng berteman dengan PKS. Kan keluar dari kebiasaan namanya..?
Contoh terakhir, adanya isu tentang masuknya Gibran sebagai anggota partai Golkar. Soal ini, memang masih sebatas rasan-rasan. Namun juga tak ditampik secara tegas oleh Ketum Airlangga Hartarto.
Saat ditanya wartawan, apakah Gibran harus menjadi anggota Golkar, Airlangga cuma menjawab singkat, “Yang penting menang dulu” (Kompas, 06/11/2023). Tapi kalau benar rasan-rasan tersebut, dalam soal pengkaderan Golkar telah keluar dari pakem.