Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Bagian-2, Soal Habaib di Indonesia: Klaim Ba Alawi Diragukan

Diperbarui: 15 Juli 2023   05:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lambang Organisasi Rabithah Alawiyah, Sumber Foto Wikipedia.

Pada Bagian-1 sudah diurai, betapa penting klaim nasab oleh satu pihak yang mendapat validasi atau pengakuan oleh pihak lain. Ini sekaligus menepis keragu-raguan. Jangan-jangan klaim tersebut palsu adanya. Habib Bahar Bin Smith, sebagai anggota Klan Ba Alawi, sudah mendeklair diri sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW. Pernyataan Habib Bahar dilegalisasi oleh organisasi bernama Rabithah Alawiyah atau RA. Mari kita lihat, sejauh mana otentifikasinya.

Kita berangkat dari tokoh bernama Ahmad Al Abah yang hidup sekitar abad ke lima hijriyah. Beliau ini merupakan anak keturunan dari Isa Ar Rummy bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidy bin Jakfar Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Ibn Ali bin Ali bin Abi Thalib.

Diketahui, bahwa Ali bin Abi Thalib merupakan suami dari Sayyidah Fatimah Azzahro binti Muhammad SAW. Melihat fakta ini, jelas menunjukkan kalau Ahmad Al Abah tergolong Ahlul Bait. Pengakuan ini dilegitimasi, baik dari luar maupun oleh Klan Ba Alawi sendiri. Jadi, soal Ahmad Al Abah keatas sudah final. Beliau ini valid sebagai keturunan Nabi SAW.

Masalahnya kemudian terjadi di bawah Ahmad Al Abah. Berapa orang dan siapa saja nama anak-anak keturunan beliau..? Muncul keterangan Abdullah atau Ubaidillah yang dikeluarkan oleh Klan Ba Alawi sebagai salah satu putra Ahmad Al Abah, yang kemudian menurunkan para cucunya hingga sampai pada Habib Bahar dkk dimasa sekarang ini.

Tapi justru disitulah letak masalahnya. Para tokoh nasab macam KH. Imaduddin Utsman Al Bantani dkk meragukan pengakuan Klan Ba Alawi tersebut. Yang kemudian menjadi polemik sampai mengarah pada perdebatan sengit. Benarkah Abdullah atau Ubaidilah merupakan salah seorang putra dari Ahmad Al Abah..? Kalau tervalidasi, berarti benar klaim Habib Bahar dkk merupakan dzurriyah Nabi SAW. Tapi jika tidak, pengakuan Habib Bahar palsu adanya.

Sekarang mari kita coba reka-reka keraguan para tokoh Nasab. Kita mulai dari pertanyaan, siapakah yang memberi legitimasi kalau Abdullah atau Ubaidillah merupakan putra Ahmad Al Abah..? Apakah cuma sekedar klaim sepihak dari Habib Bahar dkk yang merupakan anggota Klan Ba Alawi, atau memang ada pengakuan yang valid dari pihak luar Ba Alawi..?

Dalam beberapa kitab tentang nasab yang ditulis oleh tokoh dari luar Klan Ba Alawi, yang hidup pada rentang waktu dari abad ke lima, dimana Ahmad Al Abah masih hidup, maupun setelah Al Abah tiada pada abad ke enam hingga kesepuluh Hijriyah, tidak ada satupun yang mencantumkan nama Abdullah atau Ubaidillah. Berikut nama-nama kitab beserta para pengarangnya.

Ada Ibnu Thoba-thoba pengarang kitab Muntaqilah At-Tholibiyah, Al Ubaidili kitab Tahdzibul Ansab, Al Umari kitab Al Majdi Fil Ansab, Al Marwazi kitab Al Fakhri, Imam Ar Razi atau Fakhrurrozi kitab As Syajaroh Al Mubarokah, Imam Ibn Toktokhi kitab Al Ashili Fi Ansabit Tholibin, Ibn Ambah kitab Umdatut Tholib dan yang terakhir Amiduddin An Najafi kitab Bahrul Ansab.

Dimasing-masing kitabnya, kedelapan tokoh tersebut sama sekali tidak menerangkan kalau Abdullah atau Ubaidilah adalah keturunan Ahmad Al Abah. Maka pertanyaan besarnya adalah, siapa sebenarnya Abdullah atau Ubaidillah itu..? Darimana cantolannya, hingga secara tiba-tiba dianggap anak keturunan Ahmad Al Abah, yang kemudian menjadi awal mula bagi Klan Ba Alawi untuk mengklaim diri sebagai anak cucu Nabi SAW..? Sampai sekarang, kedua pertanyaan tersebut belum menemukan jawaban.

Memang benar, pada perkembangan berikutnya ada muncul nama Abdullah atau Ubaidillah. Tapi kemunculannya tersebut bukan sebuah penegasan atau fakta teks sebagai anak Ahmad Al Abah. Melainkan hanya sekedar interpretasi. Karena itu, tingkat kebenaran validasinya masih fifty-fifty. Bisa benar, bisa pula salah. Sehingga, dilingkungan eksternal RA tidak dapat dijadikan dasar yang kuat untuk mendukung klaim Ba Alawi. Kecuali dipakai hanya untuk kalangan internal anggota RA sendiri.

Lalu dalam literature apa dan karangan siapa yang mencantumkan nama Abdullah atau Ubaidillah..? Salah satunya ada di kitab Al Burqah. Dikarang oleh Al Habib Ali bin Abu Bakar As Sakran, wafat pada tahun 895 H. Di dalam kitab ini, Habib Ali menulis, bahwa yang dimaksud Abdullah tak lain tak bukan ya Ubaidillah itu. Sehingga, menurut Habib Ali, baik nama Abdullah maupun Ubaidillah merujuk pada orang yang sama. Alias satu orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline