Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Selamat Hari Raya Idul Fitrih 1444 H, Hindari Polemik

Diperbarui: 21 April 2023   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Idul Fitrih, Sumber Foto NU Online

Bagi anda yang merayakan hari ini, saya haturkan Selamat Hari Raya Idul Fitrih 1444 Hijriyah. Semoga puasa dan beberapa amal lain yang dikerjakan selama bulan ramadhan kemarin, di terima oleh Allah SWT. Khusus sholat sunnah tarawih, saya doakan mudah-mudahan Allah berkenan menyempurnakan pahalanya. Hingga di akhirat kelak, anda memiliki tempat paling baik. Amiinn.

Anda yang saat ini masih berpuasa di karenakan ikut ketentuan 1 Syawal esok hari sabtu, saya ucapkan selamat juga. Mengapa, karena anda punya potensi besar menggenapkan dua jenis ibadah sekaligus. Pertama, ibadah wajib puasa hingga 30 hari. Kedua, ibadah sunnah sholat tarawih sampai malam ketiga puluh.

Sementara itu, puasa wajib dan sunnah tarawih anda yang berhari raya pada jumat sekarang ini, cukup sampai di bilangan ganjil, yaitu dua puluh sembilan. Tidak genap tiga puluh sebagaimana yang berhari raya sabtu esok. Lalu mana yang terbaik dan di terima oleh Allah SWT..? Yang dua puluh sembilan atau yang tiga puluh..?

Jawabannya, ya tak tahulah saya. Sebab saya bukan panitia yang di “angkat” oleh Allah untuk mencermati kualitas ibadah seorang muslim. Apakah diterima atau di tolak, berpahala besar atau kecil, cuma Allah saja yang tahu. Atau mungkin malaikat Rokib dan Atid. Yang memang di beri tugas mencatat amal baik dan buruk. Kalau tanya saya, atau pada manusia yang lain, ya percuma.

Karena itu, saran saya tak usahlah kita ini berdebat tentang siapa yang paling baik diantara yang dua puluh sembilan atau tiga puluh. Cukuplah kita ada di posisi sebagai muslim yang bersyukur, karena sudah tuntas melaksanakan kewajiban puasa di bulan ramadhan. Dan di sempatkan untuk ibadah sunnah tarawih. Soal diterima atau di tolak, pahalanya besar atau kecil, serahkan kepada-Nya.

Demikian pula, tak perlulah kita buang-buang energi bicara soal bentuk perayaan Hari Raya Idul Fitrih. Mau pilih yang seperti apa dan modelnya bagaimana, ya silahkan saja. Asal tidak di larang oleh nash atau dalil. Karena harus di akui, masih ada sebagian kecil di antara kita yang kadang meributkan hal tersebut.

Misal tentang perkataan “Mohon Maaf Lahir Bathin”. Sudah menjadi kebiasaan sebagian besar umat islam di Indonesia, saat silaturahim ketemu famili dan teman karib, atau mengirim ucapan selamat hari raya, senantiasa di iringi permohonan maaf tersebut. Kebiasaan ini, menurut sebagian kecil saudara muslim, tak perlu di lakukan.

Alasannya, karena berucap kata maaf  bisa di lakukan kapan saja. Tidak harus menunggu datangnya hari raya Idul Fitrih. Sebaliknya, tuntunan yang ada saat merayakan hari raya ialah memanjatkan doa. Bunyi teks doa dan artinya demikian..:

Koleksi Pribadi

Benarkah saat Idul Fitrih kita tak perlu berucap permohonan maaf..? Menurut saya ini bukan ketentuan mutlak. Yang sifatnya boleh atau tidak. Berucap maaf saat Idul Fitrih adalah pilihan. Hendak melakukan silahkan. Tidak juga bukan masalah. Sebab ucapan itu merupakan salah satu cara, diantara beberapa cara lain, dalam rangka menyambut datangnya hari raya Idul Fitrih

Lagi pula, kalau alasannya karena mohon maaf dapat dilakukan kapan saja, justru ini malah mendukung atau menjadi dasar yang sangat kuat untuk mengucapkan mohon maaf di saat datangnya Idul Fitrih. Mengapa, ya karena hari raya idul fitrih itu sendiri juga masuk dalam ketentuan itu. Yang namanya “kapan saja", itu kan punya hari yang bebas. Termasuk di dalamnya Hari raya Idul Fitrih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline