Tetap berhubungan dengan fasilitas, hikmah sholat tarawih malam kedua puluh tiga lagi-lagi memanjakan para pelaksananya. Allah memang Maha Pemurah dan Maha Pemberi. Sudah di anugerahi nikmat tak tertandingi saat hidup di dunia, masih juga di tambah berbagai sarana saat pindah ke alam akhirat. “Maka Nikmat Mana Lagi Yang Engkau Dustakan”, firman-Nya dalam Qur’an Surat Ar Rahman, yang di ulang bahkan hingga 31 kali.
Menyimak sekilas tulisan dua hari lalu, hikmah sholat tarawih malam kedua puluh satu adalah, bagi yang melakukan Allah akan membangunkan rumah terbuat dari cahaya di alam surga sana. Maka lebih hebat dari ini, seorang muslim yang ada kesempatan tarawih nanti malam kedua pukuh tiga, Allah akan membangunkan untuknya sebuah kota. Bukan lagi rumah.
Dalilnya demikian..:
Namanya juga memiliki sebuah kota, ya pastilah segala macam sarana dan fasilitas ada dalam genggaman. Jangan bicara soal tanah, berbagai jenis bangunan, gedung, kendaraan dan sebagainya, yang pastilah sudah jadi kepunyaan diri sendiri. Ini sich kecil. Sebab ada hal lebih besar dan prestisius yang pastinya juga ada di genggaman. Apa itu..? Tak lain dan tak bukan ialah kekuasaan.
Ya benar. Saat berhak atas sebuh kota, maka otoritas kita adalah pegang kendali sepenuhnya. Bisa mengklaim apapun yang ada di atas tanah, sekaligus mengatur semau kita. Mengklaim apapun, bagai seorang konglomerat yang punya segalanya. Amat sangat super kaya raya. Mengatur semaunya, bagai seorang Bupati atau Wali Kota, yang tentu saja pegang supremasi atau wewenang di pemerintahan. Artinya memiliki kekuasaan.
Coba anda bayangkan. Siapakah manusia yang hidup pada masa kini bisa menikmati sarana serta fasilitas lengkap sebagaimana gambaran tadi..? Kalau tinggal di Indonesia rasanya sangat sulit. Mengapa, karena terkendala aturan. Warga negara Indonesia harus power full esktra kerja keras agar bisa mengklaim segala macam harta benda sekaligus jadi penguasa atas sebuah kota.
Mungkin konglomerat macam R. Budi dan Michael Hartono, pemilik PT. Global Digital Tbk, yang di nobatkan sebagai pengusaha terkaya di negeri ini, dengan total harta hingga bernilai 47,7 miliar dollar, dapat membeli sebuah kota serta semua isi didalamnya. Tapi untuk jadi penguasa layaknya Bupati atau Wali Kota, tunggu dulu. Masalahnya adalah, terpilih atau tidak saat ikut pemilu.
Bisa jadi, tokoh politik macam Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan anak Presiden Joko Widodo, punya kekuasaan mengatur dan mengendalikan Kota Solo. Karena Gibran adalah Wali Kota. Meski begitu, Gibran tak mungkin mengklaim seluruh bangunan dan gedung yang ada didalamnya sebagai milik pribadi. Kalaupun toh mau, Gibran harus membelinya pakai uang teramat sangat banyak. Masalahnya adalah, cukupkah duitnya buat membeli Kota Solo beserta seluruh isinya..?
Ada contoh di luar negeri, tokoh yang punya tanah, gedung, bangunan sekaligus merupakan penguasanya. Yaitu pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Sudah kaya raya macam R. Budi-Michael Hartono serta berhak mengklaim semua harta benda, masih berkuasa lagi. Bukan hanya setingkat Wali Kota sebagaimana Gibran. Tapi malah selevel presiden Joko Widodo.
Anda ingin menikmati hidup macam Kim Jong-un saat sudah pulang ke akhirat kelak..? Ada harta benda teramat sangat banyak sekaligus jadi penguasa di dalam sebuah kota..? Jangan lupa nanti malam kedua puluh tiga sempatkan untuk sholat sunnah tarawih. Jika diterima, besok anda tinggal ongkang-ongkang kaki di surga. Menikmati suasana sebagai pemilik sekaligus penguasanya. Anda ingin sesuatu, tinggal tunjuk jari.
Tapi dengan syarat, saat sholat tarawih jangan membayangkan muka Kim Jon-un ya. Karena kalau itu yang ada di benak anda, bukan harta benda amat banyak dan kekuasaan atas sebuah kota yang anda dapatkan. Tapi zonk. Alias cuma dapat lelah dan kesel saja. Saat sholat tarawih, tinggalkan segala macam pikiran duniawi. Fokuslah cuma kepada Allah SWT. Naah, barulah dampaknya nanti, di surga anda akan seperti Kim Jong-un.