Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Soal Tunda Pemilu: Sebaiknya Ada Kesepakatan antar Lembaga

Diperbarui: 4 Maret 2023   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juru Bicara PN Jakpus Zulkifli Atjo, Sumber Foto Kompas.com

Meski tergolong baru bahkan tak lolos verifikasi, Partai Rakyat Adil Makmur atau Partai Prima mampu merubah iklim politik tanah air. Kecuali soal pilpres 2024, dari yang awalnya agak adem, kini berubah jadi panas. Gara-garanya, gugatan Partai Prima terhadap KPU, yang salah satu diantaranya minta agar Pemilu 2024 di tunda, dikabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri/PN Jakarta Pusat/Jakpus.

Putusan PN Jakpus akhirnya jadi polemik. Umumnya tak sepakat. Terutama dikalangan pengamat dan tokoh politik. Disarikan dari berbagai sumber, Partai Demokrat mendesak Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi melakukan koreksi. Anggota DPR RI Luqman Hakim bahkan mensinyalir ada campur tangan asing. Sementara CSIS pilih menunggu sikap Presiden Jokowi.

Saya nilai, sudah tepat itu pilihan CSIS. Mengapa, sebab Putusan PN Jakpus memunculkan pertentangan atau kontradiksi diantara beberapa regulasi. Yang sebelumnya jalan padu, kini saling adu. Satu sisi, tak ada klausul dalam Undang-undang tentang pemilu yang menyebut adanya penundaan pemilu. Tapi pada sisi lain, yang namanya keputusan pengadilan ya wajib dilaksanakan.

Kalau Putusan PN Jakpus dipaksakan, jelas akan terjadi tsunami politik. Tatanan yang sudah relatif mapan sekarang ini, meski perlu dikawal dalam hal pelaksanaan, bisa kocar-kacir. Utamanya yang ada dilingkungan pucuk pimpinan Eksekutif dan dikalangan anggota Legislatif. Dimana proses pergantian personilnya yang punya siklus lima tahunan itu, amat bergantung pada penyelenggaraan pemilu.

Sebaliknya, jika Putusan PN Jakpus diabaikan, menjadi preseden buruk bagi lingkungan peradilan di negara kita. Lha iya. Keputusan PN kan dilindungi Undang-undang. Maka siapapun lembaga atau orangnya, harus patuh. Kalau tunda pemilu tak dilaksanakan sebagaimana amanat PN Jakpus, ada kesan penegakan hukum dinegara kita lemah. Dan Partai Prima selaku pihak yang punya legal standing, berhak mempersoalkan lebih jauh.

Dari kemarin, sejak mengetahui Putusan PN Jakpus, saya perkirakan memang akan menjadi masalah serius. Dan pastinya, pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi dibuat agak pusing. Bagaimana tidak, sebelumnya Jokowi-lah yang dituduh ingin tunda pemilu. Setelah berhasil dinetralisir, malah menjadi legal. Kini Jokowi dihadapkan pada masalah bak makan buah simalakama. Dimakan ayah mati, tidak dimakan ibu mati.

Sekedar re-fresh ulang, perjalanan pemerintahan di negara kita dipandu oleh tiga lembaga negara. Pertama eksekutif atau pelaksana. Meliputi Presiden, Gubernur, Bupati dan Kepala Desa. Kedua legislatif atau pembuat undang-undang. Yaitu para anggota DPD-RI, DPR-RI dan DPRD. Ketiga yudikatif. Tugasnya menjaga atau mempertahakan tegaknya undang-undang. Contoh yudikatif adalah MK, MA, PT, PN, Peradilan Agama dan sebagainya.

Meski diputuskan oleh lembaga yudikatif dalam hal ini PN Jakpus, soal penundaan pemilu 2024 bersinggungan dengan beberapa lembaga lain. Jangan tanya bagaimana KPU. Inilah lembaga terkhnis yang paling terkena imbas. Namun pada tugas dan fungsi lain, eksekutif juga kena. Karena penyelenggaraan pemilu masuk dalam materi laporan pertanggung jawaban eksekutif dihadapan parlemen.

Legislatif apalagi. Sebagai pembuat undang-undang, para anggota DPR RI harus berpikir keras mencari solusi adanya pertentangan regulasi akibat Putusan PN Jakpus menunda pemilu 2024. Apakah perlu dilakukan amandemen, menyusun undang-undang baru, cukup penyesuaian saja atau bagaimana..? Pastinya, beberapa pilihan langkah tersebut dapat menimbulkan konsekwensi cukup berat. Minimal nambah kerjaan dan waktu.

Lalu bagaimana dengan Kepolisian..? Sebelum masuk ke soal Putusan PN, tentang lembaga ini terus terang saya agak bingung dimana posisinya. Kalau diteropong dari sisi penegakan hukum, masuknya ke yudikatif. Tapi dari sisi cabang kekuasaan, ada di eksekutif. Karena bisa diperintah oleh Presiden. Namun lepas dari perselisihan tentang ini, yang pasti Kepolisian juga terkena imbas penundaan pemilu 2024.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline