Tak terasa, Nahdlatul Ulama atau NU kini berusia seratus tahun atau 1 abad. Buat manusia, usia segitu tentu dikatakan sangat sepuh. Namun bagi sebuah organisasi keagamaan macam NU, tergolong relatif muda. Karenanya, ke depan NU tetap harus banyak belajar, memperbaiki yang masih kurang dan menyempurnakan yang sudah baik.
NU terkenal sebagai organisasi moderat. Tak mau menampilkan sikap ekstrim dan kaku. NU tak suka main "pokoknya". Menghadapi masalah-masalah yang ada dilingkup duniawi, NU punya pedoman empat sikap. Yaitu tawassuth, tawazun, i'tidal dan tasamuh. Ini bukannya tanpa landasan. Keempat sikap didasarkan pada dalil.
Secara sederhana, tawasuth artinya jalan tengah. Bukan golongan eksrim kanan ataupun kiri. Sikap tawasuth didasarkan pada firman Allah QS al-Baqarah ayat 143. Artinya demikian :
Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online
Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online
Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online
Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online
Pada suatu saat atau dalam masa tertentu NU bisa menyerap berbagai fenomena terbaru yang sedang terjadi. Bahkan disandingkan dengan ajaran agama juga bukan masalah. Asal tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran islam yang sudah ditentukan oleh Allah SWT dan Rasul Muhammad SAW.
Sementara itu, dalam hal merawat budaya ditengah derasnya peradaban, NU sangat-sangat siap. Di tangan NU, bangsa Indonesia tak perlu takut kehilangan budaya yang memang sudah ada sejak jaman nenek moyang. Dan di tangan NU pula, bangsa Indonesia tak perlu khawatir bisa ketinggalan perkembangan. Dalam ini, NU selalu up to date.
Mengapa mampu begitu rupa, karena NU punya prinsip al muhafadoh 'ala qadimis soleh wal akhduh bil jadidil aslah. Yang artinya, mempertahankan sesuatu yang lama dan baik, serta tak lupa mengambil sesuatu yang baru dan terlihat lebih baik. Yang sudah berjalan dan membawa manfaat, sudah pasti akan dirawat oleh NU. Sambil lalu menyerap kemajuan yang saat ini sedang terjadi ditengah-tengah masyarakat.