Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Karena Luwes, NU Mampu Mempertahankan Budaya dan Mengikuti Perkembangan

Diperbarui: 7 Februari 2023   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo NU, Sumber Foto alhikmahdua.net

Tak terasa, Nahdlatul Ulama atau NU kini berusia seratus tahun atau 1 abad. Buat manusia, usia segitu tentu dikatakan sangat sepuh. Namun bagi sebuah organisasi keagamaan macam NU, tergolong relatif muda. Karenanya, ke depan NU tetap harus banyak belajar, memperbaiki yang masih kurang dan menyempurnakan yang sudah baik.

NU terkenal sebagai organisasi moderat. Tak mau menampilkan sikap ekstrim dan kaku. NU tak suka main "pokoknya". Menghadapi masalah-masalah yang ada dilingkup duniawi, NU punya pedoman empat sikap. Yaitu tawassuth, tawazun, i'tidal dan tasamuh. Ini bukannya tanpa landasan. Keempat sikap didasarkan pada dalil.

Secara sederhana, tawasuth artinya jalan tengah. Bukan golongan eksrim kanan ataupun kiri. Sikap tawasuth didasarkan pada firman Allah QS al-Baqarah ayat 143. Artinya demikian :

Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online

Tawazun bisa diartikan sebagai upaya menjaga keseimbangan. Termasuk seimbang pula dalam hal memakai akal dengan teks Quran dan hadits. Sikap tawazun didasarkan pada firman Allah QS al-Hadid ayat 25. Yang artinya..:

Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online

I'tidal bermakna tegak lurus. Dalam arti istiqamah dan tetap konsisten membela kebenaran. Ini sebagaimana firman Allah QS al-Maidah ayat 8. Yang artinya..:

Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online

Terakhir atau yang keempat adalah tasamuh. Dengan sikap ini, NU senantiasa menghargai adanya perbedaan. Dan menghormati orang lain yang punya prinsip hidup tidak sama. Meskipun sebenarnya tak mengakui atau tak membenarkan prinsip hidup tersebut. Ini didasarkan pada firman Allah QS Thaha ayat 44. Artinya demikian..:

Sumber Pengambilan Screenshoot NU Online

Berpedoman pada empat hal diatas, tak heran jika NU dan juga warganya, nampak begitu luwes ketika bergaul atau menjalin silaturahim dengan berbagai kelompok masyarakat. Hidup dimanapun dan ditengah budaya seperti apapun, bukan masalah. Bagai air laut yang tetap terasa asin meski di gelontor air hujan dan dikirimi banyak air tawar dari sungai.

Pada suatu saat atau dalam masa tertentu NU bisa menyerap berbagai fenomena terbaru yang sedang terjadi. Bahkan disandingkan dengan ajaran agama juga bukan masalah. Asal tidak bertentangan dengan prinsip dasar ajaran islam yang sudah ditentukan oleh Allah SWT dan Rasul Muhammad SAW.

Sementara itu, dalam hal merawat budaya ditengah derasnya peradaban, NU sangat-sangat siap. Di tangan NU, bangsa Indonesia tak perlu takut kehilangan budaya yang memang sudah ada sejak jaman nenek moyang. Dan di tangan NU pula, bangsa Indonesia tak perlu khawatir bisa ketinggalan perkembangan. Dalam ini, NU selalu up to date.

Mengapa mampu begitu rupa, karena NU punya prinsip al muhafadoh 'ala qadimis soleh wal akhduh bil jadidil aslah. Yang artinya, mempertahankan sesuatu yang lama dan baik, serta tak lupa mengambil sesuatu yang baru dan terlihat lebih baik. Yang sudah berjalan dan membawa manfaat, sudah pasti akan dirawat oleh NU. Sambil lalu menyerap kemajuan yang saat ini sedang terjadi ditengah-tengah masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline