Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Demokrat PKS Mulai Tekan Nasdem-Paloh

Diperbarui: 27 Desember 2022   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juru Bicara PKS Pipin Sopian, Saat Bertemu Wartawan di Kawasan Pancoran Jakarta Selatan, Sumber Foto Kompas.com

Makin dekat pemilu presiden, tambah menarik manuver partai politik. Salah satunya yang dilakukan oleh PKS. Tak di sangka, PKS berani melancarkan pressure terhadap calon teman koalisi. Terang-terangan memberi tekanan pada Partai Nasdem. Yang kapan hari berbuat “nekat” mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres.

Apa bentuk tekanan PKS terhadap Nasdem..? Pertama, adakan pertemuan dengan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat tanpa melibatkan Ketum Nasdem Surya Paloh. Ya benar. Sekitar empat hari lalu, Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al-Jufri silaturahmi pada SBY di Cikeas Bogor.

Disarikan dari berbagai sumber, Sekjen Demokrat Teuku Riefky Harsya menyebut Salim-SBY membahas isu penundaan pemilu. Yang belakangan di hembuskan lagi. Terutama oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Senada, Juru Bicara PKS Pipin Sopian juga menyampaikan hal yang sama. Cuma dalam bahasa sedikit berbeda. Menurut Pipin, Salim-SBY membicarakan salah satunya terkait pembatasan kekuasaan.

Tapi saya tak yakin Salim-SBY cuma bicara itu. Dugaan kuat, juga intens meneropong perkembangan pilpres 2024. Utamanya tentang sikap Partai Nasdem belakangan ini. Yang terkesan makin menafikkan keberadaan Demokrat dan PKS dalam koalisi. Nasdem kelihatan tak “meng-orangkan” kedua partai yang juga penentu krusial lanjut tidaknya Anies daftar capres ke KPU.

Anda tentu masih ingat. Dulu saat putuskan Anies sebagai capres, Surya Paloh sepertinya tak melibatkan Salim-SBY. Nasdem mainnya nyalip ditikungan. Tanpa membunyikan klakson lagi. Apa buktinya..? Deklarasi oleh Nasdem atas keputusan itu, yang tidak di hadiri oleh pengurus elit Demokrat-PKS adalah merupakan jawabannya.

Kini dalam soal cawapres, naga-naganya juga demikian. Tak ada angin tak ada hujan, tahu-tahu elit Nasdem singgung sosok mantan Panglima TNI Andika Perkasa. Sebagai cawapres potensial yang layak mendampingi Anies Baswedan. Padahal jauh sebelum muncul nama Andika, Demokrat-PKS sudah lebih dulu sodorkan nama AHY atau Aher.

Ketemunya Salim-SBY tanpa Surya Paloh jelas menimbulkan pertanyaan. Memang benar Pipin kasih alasan cukup masuk akal. Bahwa ketidak hadiran Ketum Nasdem itu karena yang bersangkutan sedang di luar negeri. Jadi, dari segi waktu dan kesempatan tak memungkinkan. Bisa dimaklumi oleh Salim-SBY, kalau Paloh “tak diharap” bisa kumpul bareng.

Cuma melihat posisi Demokrat, PKS dan Nasdem dalam soal nasib koalisi, tak bergabungnya Paloh tergolong janggal dan aneh. Ingat, eksistensi ketiga parpol sangat strategis. Mestinya selalu bersama. Lalu mengapa untuk membahas sesuatu yang penting, Salim-SBY-Paloh sampai tak bisa kumpul bareng. Apakah hendak balas dendam atas apa yang telah di perbuat Nasdem..?

Yang kedua. Adanya inkonsistensi PKS tentang penyebutan kriteria dan nama capres. Tentang hal ini, Pipin Sopian menyatakan PKS sudah memutuskan ada tiga kriteria. Yang nantinya menjadi pegangan bagi Majelis Syuro partai dalam memilih figur. Siapapun sosoknya, mesti sesuai dengan tiga kriteria tersebut.

Pipin mengurai. Capres yang akan di usung oleh PKS harus disukai atau dicintai oleh rakyat, berpotensi menang, punya jiwa nasionalis religius dan merupakan sosok yang menjadi simbol perubahan. Pipin menyampaikan beberapa kriteria tersebut saat ditemui para wartawan di daerah Pancoran Jakarta Selatan (Kompas.com, 23/12/2022).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline