Sepanjang hari rabu kemarin, ada dua kabar politik yang menggelitik perhatian saya. Apa lagi kalau bukan soal Partai Nasdem. Menggelitik, karena meskipun aktualisasinya ada di dua masalah berbeda, namun cukup membuat prihatin. Juga menyiratkan adanya semacam ancang-ancang Nasdem untuk mulai bersikap tegas. Utamanya terkait hubungannya dengan pemerintahan Jokowi.
Pertama, apa yang ditayangkan oleh Kompas.com edisi 23/11/2022, tentang aksi Wakil Ketua Komisi V Robert Rouw dari Fraksi Nasdem, yang bisa-bisanya tertawa meledek Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, ketika lakukan SOP bencana sembunyi dikolong meja saat ada gempa. Sekedar info, ditengah-tengah rapat Komisi V, BMKG dan Kepala Basarnas, memang ada guncangan berkekuatan 5.6 magnitudo yang terasa hingga ke gedung DPR RI.
Disengaja atau tidak, bukan urusan. Dan silahkan para pembaca nilai sendiri. Tapi kata Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco, ketawanya Robert Rouw hanya spontan. Meski demikian, Dasco minta Robert untuk introspeksi diri. Dasco juga menyerahkan kepada Lembaga Kehormatan Dewan. Apakah anggota Fraksi Nasdem tersebut perlu di sanksi atau tidak.
Kegiatan spontan, dimaklumi memang terkait dengan perilaku tanpa direncanakan. Ya keluar begitu saja. Terjadi secara tiba-tiba. Begitu menyaksikan ada satu peristiwa tahu-tahu muncul didepan mata tanpa diduga. Tindakan spontan, bisa muncul karena kebiasaan yang diulang-ulang. Mirip orang punya “penyakit” latah. Menampilkan reaksi berlebihan ketika dikejutkan oleh sesuatu.
Pada konteks diatas, ketawanya Robert Rouw bisa dimaklumi. Tapi melihat ada unsur meledek, ini yang masalah. Sama dengan tindakan spontan, mungkin Robert terbiasa melihat sesuatu secara remeh. Akhirnya lekat menjadi karakter yang teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika jumpa sesuatu yang tak terduga, langsung bereaksi secara negatif. Karena dianggap tak penting.
Semoga saja itu bukan senyatanya. Sebab kalau iya, sungguh prihatin. Selain tak menghargai kompetensi Kepala BMKG melaksanakan SOP, juga kelihatan nir-peduli terhadap bencana Cianjur yang baru saja terjadi. Bukannya kasih apresiasi, ini malah tertawa meledek. Padahal, kalau saja Robert kasih dukungan dengan cara ikut masuk kolong meja, bisa jadi sosialisasi tak langsung kepada seluruh rakyat Indonesia. Khususnya bagi para korban gempa.
Lebih dalam lagi, ketawanya Robert menunjukkan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki. Sebagai anggota Komisi V yang sedang rapat dengan BMKG, mestinya dia paham soal sembunyi dikolong meja itu. Kalau sebaliknya, alias tak paham, maka bisa ditebak kapasitas pengetahuan Robert terkait meteri rapat sangat minim. Lha masak ada anggota DPR RI tak berilmu. Ya malulah mas brow.
Apapun alasannya, partai Nasdem selaku induk organisasi tempat Robert bernaung saya kira perlu bersikap. Tolong didik anggotanya itu. Setidaknya untuk masalah tata krama dan etika bersikap. Juga soal keharusan melakukan persiapan lebih matang ketika hendak mau rapat dengan mitra kerja. Maksudnya, agar anggota fraksinya tidak memalukan.
Itu pendapat saya tentang kabar politik pertama. Sekarang yang kedua. Yang ini ada kaitan dengan revisi UU Nomor 2 tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara atau IKN baru. Anda tahu, partai Nasdem ternyata abstain atau ambil sikap abu-abu terhadap revisi tersebut. Sementara anggota koalisi pemerintah macam PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, PAN dan PPP tegas menyatakan setuju.
Padahal, kalau merasa masih merupakan bagian dari koalisi, Nasdem mestinya ambil sikap yang sama dengan keenam partai tersebut. Bukannya malah abstain. Sebuah sikap yang sama sekali menunjukkan ketidak tegasan. Mending sama dengan Demokrat dan PKS. Dua partai yang memang sejak awal menyatakan oposisi. Kedua partai ini jantan menolak revisi.