Saat hadir dan beri sambutan pada HUT ke-8 Perindo Senin, 7 November 2022, Presiden Jokowi menyinggung Prabowo Subianto. Capres Gerindra yang juga hadir diacara yang sama. Presiden urai sedikit tentang karir politik hingga jadi presiden. Diawali sebagai Wali Kota Solo dua periode. Lalu Gubernur DKI Jakarta satu kali. Dan menang Pemilu Presiden dua kali. Kemudian, Pak Jokowi menimpali. Bahwa setelah ini kelihatannya adalah jatah Pak Prabowo.
Mendapat dukungan demikian dimuka forum, Prabowo yang duduk di kursi VIP bangun berdiri. Diiringi gemuruh tepuk tangan hadirin, lalu memberi hormat kepada Jokowi. Dalam hati, saya yakin Prabowo senang. Mengapa, karena secara elektoral singgungan Jokowi jelas satu keuntungan politik. Menegaskan bahwa Presiden ada dipihak beliau. Bisa juga diterjemahkan sebagai restu maju di pilpres.
Tak pelak, kejadian di HUT Perindo mendapat ragam tanggapan. Utamanya dari jajaran elit parpol yang berkepentingan terhadap pilpres 2024. Yang pro pastinya kasih tanggapan positif. Harapan menang pertarungan jadi makin kuat. Sebaliknya tidak demikian dengan elit yang punya kandidat calon lawan Prabowo. Singgungan Presiden di atas dianggap biasa saja.
Salah seorang Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya menilai, apa yang disampaikan Pak Jokowi sesuatu yang wajar. Mengingat Prabowo Subianto merupakan pembantu Jokowi sebagai Menteri Pertahanan. Ya namanya juga atasan. Ketika melihat anak buah berjuang meningkatkan karir, tentu harus didukung. Sebagai pendorong agar lebih semangat menggapai cita-cita. Masak atasan hendak hambat karir bawahan. Kan tak pantas. Demikian mungkin maksud Willy.
Ketua DPP PDIP Said Abdullah punya penilaian yang sama. Katanya, penyebutan kata "jatah" oleh Jokowi bukan sebuah masalah yang perlu diperdebatkan. Apalagi sebagai presiden, tentu tidak dilarang mengeluarkan pernyataan apapun. Bahkan soal dukungan pada capres tertentu, Pak Jokowi boleh menjatuhkan pada semua kandidat. Sebagaimana dilakukan juga terhadap Pak Prabowo.
Sekilas, apa yang disampaikan oleh Presiden memang menyiratkan keberpihakan. Kata presiden bahwa setelah ini kelihatannya merupakan jatah Prabowo, jelas mengandung satu harapan. Yakni diraihnya kemenangan oleh capres Gerindra tersebut. Tebakan saya, Pak Prabowo dianggap sebagai tokoh yang mampu menjaga dan meneruskan program yang dirintis oleh Jokowi.
Cuma kalau diteliti lebih dalam, dukungan dimaksud tidak bersifat personal. Melainkan sebuah simbol terhadap kelangsungan cita-cita yang lebih besar dan sangat mendasar. Dalam pandangan saya, penyebutan langsung kepada Prabowo sebenarnya merupakan titipan kepada setiap calon presiden. Titipannya berupa idealisme tentang jalannya pemerintahan dan tetap tegaknya cita-cita pendiri bangsa.
Sebagai presiden, Jokowi memang relatif punya kualitas mumpuni. Baik dibidang konsep maupun praktik. Tak perlu dibahas lebih luas tentang beberapa hal yang sudah dilakukan oleh beliau. Yang jelas, massifnya pembangunan infrastruktur, kembalinya beberapa pengelola sumber daya alam strategis yang dulu didominasi negara asing, cukup menjadi bukti kemampuan memerintah Pak Jokowi.
Ada beberapa kelebihan yang saya lihat melekat pada diri Jokowi. Hingga beliau sukses memimpin eksekutif sebagai presiden. Pertama, kemampuan lapangan. Semangat beliau untuk senantiasa terjun langsung ke lokasi proyek layak di apresiasi. Karena faktor ini pula, pembangunan infrastruktur yang masuk program prioritas selalu berhasil dikerjakan. Tidak ada yang mangkrak.
Kedua, setia pada nilai-nilai kebangsaan. Sama seperti Presiden pertama RI Ir. Soekarno dan Presiden keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, komitmen Jokowi pada keberagaman di bumi NKRI tak perlu diragukan lagi. Dengan kata lain, meski seorang politisi, Presiden kita ini senantiasa bergerak di rel politik kebangsaan. Sebaliknya, sangat anti dan bahkan memerangi munculnya fenomena politik identitas.
Ketiga, tindakan tegas kepada para mafia. Tak main-main, Jokowi dikenal tegas dan tak takut pada kelompok yang dikenal hanya mau ambil untung secara sepihak ini. Entah siapapun yang jadi beking, pasti dilawan. Makanya, beberapa pihak yang "dapurnya" terganggu selama beliau memerintah, tak merasa nyaman. Gerah karena jaringannya habis dibabat Jokowi.