Hiruk pikuk politik sekarang agak mereda. Relatif tenang. Cuma dibalik itu, terselip situasi kurang bagus bagi Nasdem dan Anies Baswedan. Jika tak segera ambil langkah antisipatif, bisa bahaya.
Nasdem terancam tak bisa naikkan capres hingga ke pertarungan berebut vox pop publik. Kecuali menurunkan daya tawar. Sebaliknya, Anies berat jadi capres, kecuali ada belas “kasih” parpol selain Nasdem.
Saat kemarin cepat-cepat, bahkan lebih awal dari jadwal yang direncanakan, Partai Nasdem memutuskan Anies Baswedan sebagai capres muncul ragam tanggapan. Umumnya memuji langkah berani Nasdem. Sementara bagi pendukung Pak Anies, keputusan Nasdem ibarat pintu pembuka bagi Mantan Gubernur DKI itu untuk menuju istana.
Cuma, langkah cepat dan berani Nasdem ternyata tak disambut serupa oleh calon teman koalisi, yaitu Demokrat dan PKS. Keduanya seperti mengulur-ulur waktu. Santai-santai saja melihat keputusan Nasdem. Mengapa demikian..? Padahal, Anies orang dekat PKS dan Demokrat “ngebet” naikkan Ketumnya Mas AHY sebagai Cawapres.
Kalau dua kepentingan itu digabung jadi satu dengan pencapresan Anies, sebenarnya sangat klop. Namun ternyata, realitas berkata lain. Hingga kini, meski kapan hari Anies telah menyambangi AHY, Demokrat belum juga kasih tanda jadi ke Nasdem.
Demikian pula PKS. Partai “bersyariat” ini kelihatan pasif. Meski yang dicalonkan pada pilpres 2024 merupakan “idola”, PKS tak pernah kasih kepastian untuk koalisi dengan Nasdem. Entah pada perkembangan berikutnya.
Cuma, kalau kondisi tak pasti diterus-teruskan, Nasdem yang awalnya hendak mengunci situasi dengan cara capreskan Anies, bisa jadi malah terkunci sendiri. Ini terjadi, kalau negosiasi politik Demokrat dan PKS tak kunjung disepakati oleh Nasdem. Bisa-bisa, Demokrat dan PKS cari haluan lain. Tak mau lagi mendekati Nasdem.
Kalau benar, jelas merupakan situasi yang tak menguntungkan bagi Nasdem. Sebab membuatnya terkatung-katung bagai perahu ditengah laut yang patah layar atau mati mesin. Hendak merapat ke KIB milik Golkar, PPP dan PAN atau KIR kepunyaan Gerindra PKB, pasti gengsi dan berat. Karena harus menurunkan daya tawar pencapressan Anies.
Lebih sulit lagi hendak merapat ke PDIP. Beehh, kalau yang ini, selain sangat-sangat tak mungkin, juga gengsi luar biasa. Lha bagaimana tidak. PDIP mana mau usung Anies. Musuh bebuyutan sejak dipecat oleh Jokowi. Terlebih, belakangan hubungan Nasderm PDIP lagi gawat. Setelah saling sindir antara Sekjen PDIP Hasto Kristanto dengan para pentolan Nasdem soal Anies antithesa Jokowi.
Lepas dari itu, Nasdem cari kawan selain Demokrat dan PKS bagai otopia. Sebuah usaha yang hanya ada didunia khayal. Kecuali Nasdem bersedia untuk negosiassi ulang soal pencapresan Anies. Contoh ke KIB atau KIR. Pertanyaannya, maukah keduanya usung Anies sebagai capres.? Saya kira tak mungkin. Sebab soal capres cawapres, keduanya sudah punya kalkulasi sendiri.