Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Pak Bos Pacul, Apa Salahnya PSI Calonkan Ganjar

Diperbarui: 5 Oktober 2022   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bambang Pacul Dan Ganjar Pranowo, Foto Dok. SINDOnews

Di dunia politik, sindir menyindir atau kasih komentar terhadap gerakan partai lain merupakan hal biasa. Sudah menjadi kelaziman yang di maklumi oleh para politisi. Hampir tiap saat itu terjadi. Modelnya juga macam-macam, sesuai karakter yang menyampaikan. Bisa meledak-ledak, dengan cara lebih tenang, lemah lembut dan sebagainya. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah kualitas sindiran.

Ada yang proporsional, namun ada pula yang berlebihan. Yang proporsional tak perlu kita bahas. Karena memang harus begitulah senyatanya. Namun yang berlebihan, harus kita cermati. Sebab ini tak bagus. Terlebih jika sudah berhubungan dengan eksistensi seseorang ketika masuk menjadi anggota atau pengurus sebuah organisasi politik.

Anda tahu, yang berlebihan itu salah satunya adalah sindiran Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, terhadap keputusan Partai Solidaritas Indonesia atau PSI untuk mencalonkan Ganjar Pranowo sebagai capres pada pilpres 2024. Apa yang dilakukan Pak Pacul itu mengekang hak asasi seseorang.

Dikutip dari Kompas.com 04/10-2022, menurut Pak Pacul seharusnya PSI berbicara pada Ketua Umum PDIP Ibu Mega. Dia juga kasih ibarat seperti seseorang hendak meminang anak orang lain. Maka orang tersebut harus berbicara terlebih dahulu ke orangnya. "Iya ngomong. Pakailah. Ngomonglah sama Ketum. Begitu Bos. Kira-kira kayak gitu pantas apa enggak.?", sambung Pacul.

Ibarat Pak Pacul bagai pinang anak orang adalah sebagaimana yang terjadi didalam sebuah keluarga. Namanya keluarga, ya tentu hubungannya bersifat primer atau utama. Interaksinya juga sangat personal. Maka tak heran, untuk menunjukkan seperti apa ikatan yang ada dalam sebuah keluarga, ada kata-kata indah yang digambarkan dengan kalimat "Keluarga diatas segalanya". Maknanya, apapun yang terjadi, anggota keluarga harus diutamakan.

Sementara itu, partai politik dimana Pak Pacul bernaung adalah alat mencapai tujuan. Juga merupakan wadah menempa diri agar tambah peduli terhadap lingkungan sekitar. Dengan partai politik, keinginan mewujudkan vox pop yang muncul di publik dapat tersalurkan. Tak perlu ditanyakan bukti lebih jauh. Hingga kini, sudah banyak suara rakyat yang bisa terealisasi melalui saluran partai politik. Meskipun harus diakui, ada juga yang masih belum.

Demikian pula soal kepedulian. Melalui partai politik, kesadaran manusia mau tak mau diketuk sedemikian rupa, hingga mampu melahirkan tindakan. Ya wajar. Partai politik kan butuh suara. Ketika melihat satu masalah muncul ditengah masyarakat, dipastikan para politisi akan berbondong-bondong memberi respon. Agar nama baik tertanam di benak publik. Entah soal ikhlas atau tidak. Ini urusan lain.

Naah, masalah Ganjar Pranowo "diambil" oleh PSI sebagai capres 2024 mestinya oleh Pak Pacul ditempatkan pada konteks itu. Dan bukan pada soal keluarga. Bahwa Pak Ganjar itu adalah sosok yang sudah bisa melihat keberadaan partai politik secara benar. Gubernur Jateng ini juga telah dapat memahami tujuan dirinya masuk kedunia politik. Yakni sebagai wadah membangun masyarakat dan memupuk kepedulian diri terhadap apapun masalah yang terjadi.

Anda tahu, terciptanya kondisi sangat positif dari Pak Ganjar semacam itu merupakan hasil tempaan selama berkarir di PDIP. Dengan kata lain, parpol "milik" Ibu Mega tersebut sudah sukses membentuk Ganjar sebagai politisi. Dalam penerapannya, kesuksesan Pak Ganjar sebagai politisi, tentu tak bisa di kooptasi atau dicaplop secara sepihak oleh PDIP. Mengapa, karena kualitas bagus tenaga Pak Ganjar diperlukan bukan hanya oleh PDIP. Namun, dan ini sebenarnya yang utama, oleh seluruh rakyat Indonesia.

Jadi, meski suarannya kecil, jangan samakan keputusan PSI mencalonkan Ganjar sebagai capres 2024 dengan eksistensi sebuah keluarga. Ini sangat-sangat jauh berbeda Bos. Kalau orientasi partai politik, berdasar keterangan diatas tadi, adalah untuk kebaikan rakyat secara menyeluruh. Maka untuk keluarga cakupannya lebih kecil hanya untuk internal anggotanya saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline