Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Puan Maharani Lempar Kaos Bawa Muka Cemberut

Diperbarui: 28 September 2022   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puan Maharani, Foto Dok. Kompas.com/Idham Khalid

Hidup manusia perlu variasi. Ada kalanya serius, ada kalanya santai. Soal informasi atau pengetahun demikian pula. Suatu ketika perlu mengkaji yang agak berat. Tapi dilain kali, jangan lupa juga untuk menengok yang ringan-ringan. Mengapa, agar hidup kita dinamis. Tidak stagnan. Selain itu, supaya pikiran yang ada di otak ini tak stres karena panas akibat mikir berat-berat tadi. Jadi perlu ada upaya pendinginan.

Apa thema artikel ringan saya kali ini..? Tetap membahas masalah politik, namun tak perlu terlalu jauh. Cukup soal lempar-melempar kaos. Siapa yang punya kewenangan melakukan itu..? Siapa pula yang harus pegang sebelum dilakukan pelemparan..? Bolehkan seorang pembantu atau pengawal yang melakukan..? Kalau boleh, apakah itu bukan berarti merebut kewenangan..? Lalu siapa sebenarnya yang punya kuasa..?

Sebuah thema yang hebat bukan..? Dari hanya soal lempar kaos yang sangat sepele, lalu berkembang menjadi tentang kewenangan dan perebutan kekuasaan. Pembaca pasti sedikit mengernyitkan dahi. Apalagi saya yang nulis. Rasanya, tak sampai ilmu pengetahuan saya untuk sekedar memikirkan thema tersebut.

Apalagi hingga mengkaji lebih dalam. Saya tak menemukan referensinya sama sekali. Kecuali baca di tayangan Kompas.com edisi 27/09/2022. Ya benar. Oleh Kompas, tayangan tersebut diberi judul “Viral Puan Lempar-lempar Kaos ke Warga Sambil Cemberut, PDI-P Beri Penjelasan”. Lalu seperti apa kejadiannya, saya sarikan berikut ini.

Dalam rangka blusukan kebawah, kali ini Puan Maharani berkunjung ke sebuah daerah di provinsi Jawa Barat. Entah dalam rangka tugas negara sebagai Ketua DPR RI atau kepentingan pribadi menjalankan konsolidasi partai yang diamanatkan ibunya, tak perlu dikorek lebih jauh. 

Yang jelas, dia bawa Walpri atau pengawal pribadi. Kata salah seorang Ketua DPP PDIP Said Abdullah, tujuan Puan turun untuk mengetahui apa yang sesungguhnya di inginkan masyarakat.

Sekedar oleh-oleh, tak lupa Puan bawa kaos hitam. Tak salah menurut saya. Wajar seorang pejabat negara bagi-bagi kaos untuk masyarakat. Siapa tahu berguna. Setidaknya ada pengganti jika suatu ketika yang sedang dipakai sudah kotor. Jika kebetulan berprofesi sebagai petani, bisa dipakai ke sawah. Lumayan, nambah koleksi pakaian untuk kerja.

Masalahnya, saat bagi-bagi kaos terjadi rebutan kewenangan antara Puan dengan Walprinya. Rebutannya soal siapa yang harus pegang dan siapa pula yang berhak memberikannya pada masyarakat. Akibat rebut merebut macam itu, bahkan hingga membuat Putri Mahkota Megawati ini marah. Puncaknya, mungkin merasa kesal, Puan melempar-lempar kaos itu dengan wajah cemberut.

Aksi tersebut lalu viral. PDIP rupanya jengah juga melihat beredarnya video yang menampilkan wajah cemberut Puan tersebar kemana-mana. Sebagai kolega dan bawahan Ibu Megawati di struktur PDIP, Said Abdullah membela Mbak Puan. Lewat tanggapannya, Said rupanya hendak menggiring opini masyarakat, bahwa tindakan marah Puan kepada Walprinya sudah benar.

Kata Said lebih rinci, “Mbak Puan itu nanya, bukan marah. Kok kamu yang pegang kaos..? Kan seharusnya bukan kamu. Kamu menjaga tugas”. Lebih lanjut kata Said, “Walpri kan enggak boleh bagi-bagi kaos. Ya dong. Mbak Puan itu sangat familier, sangat humble”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline