Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Belajar dari Laporan Polisi Erick Thohir terhadap Faizal Assegaf

Diperbarui: 31 Agustus 2022   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri BUMN Erick Thohir, Foto Dok. Kompas.com/Kiki Safitri

Kata "arti" punya banyak turunan. Yang lebih dekat pada sifat disebut "mengerti". Dalam KBBI, mengerti adalah menangkap apa yang dimaksud sesuatu. Kata arti juga ada yang berbentuk benda. Namanya "pengertian". Maknanya, gambaran atau pengetahuan tentang sesuatu di dalam pikiran.

Yang punya makna mirip namun orang kadang rancu membedakan dengan kata arti ialah "paham". Dikutip dari sumber yang sama, paham adalah pandai dan mengerti benar tentang suatu hal. Lain lagi yang dikatakan "pemahaman". Kalau yang ini, maknanya lebih dekat pada proses. Yaitu suatu perbuatan serta usaha untuk memahami atau memahamkan sesuatu.

Manusia yang paham atau memahami, bisa dipastikan punya pengertian utuh dan mendalam tentang sesuatu. Sementara yang mengerti, hanya bisa menangkap sesuatu diluarnya saja. Dengan kata lain, kata paham atau memahami punya tingkatan lebih tinggi dibanding mengerti atau pengertian.

Tapi saya tak hendak membahas soal perbedaan kedua makna kata tersebut. Saya sadar, bahwa masing-masing dari kita punya sudut pandang dan jangkauan yang tidak sama. Kalau dituruti mengalir sesuai persepsi masing-masing, hingga ke ujung langitpun, debat soal apa beda antara arti dan makna, pasti tidak akan pernah ketemu.

Cuma, untuk kepentingan info yang ingin dipaparkan berikut ini, saya mohon dengan hormat kepada para pembaca sekalian untuk satu pendapat dulu dengan saya. Yaa, hitung-hitung latihan toleransi lah. Siapa tahu, bisa menambah kuat pengendalian emosi dan pikiran anda saat menghadapi perbedaan. Dan siapa tahu pula, Tuhan berkenan kasi pahala atas permakluman anda itu. Kalau punya sikap begini, jadinya nyaman dan enak kan...

Apa yang ingin saya infokan..? Ialah tentang dua orang yang bisa dikatakan tokoh nasional di bidang media sosial, tapi justru terjerumus oleh ketokohannya sendiri. Siapakah dia..? Yaitu yang bernama lengkap Drs. Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo, M. Kes. Terkenal sebagai pakar IT.

Satunya lagi adalah Faizal Assegaf. Seorang aktifis yang sering melakukan kritik cukup keras. Selain disampaikan secara verbal pada berbagai kesempatan, kritik Faizal kerap di kontenkan dibeberapa media sosial, seperti twitter, instagram dan berupa vidio. Saat memberi penilaian, kritikus ini tak pandang bulu. Meskipun merupakan pendukung presiden, Faizal tak kagok melontarkan kalimat-kalimat pedas kepada para menteri Jokowi

Anda sudah maklum, Roy Suryo saat ini tengah tersandung kasus hukum pelanggaran IT. Karena main terobos, tanpa pikir panjang ngeshare meme stupa candi mirip Pak Jokowi. Akibatnya, membuat Roy menderita cukup parah. Selain ditahan, mantan Menpora itu sempat mengalami kelumpuhan kaki meski hanya sebentar dan terpaksa harus pakai kursi roda.

Tak cukup sampai disitu, Pak Roy juga didera sakit leher. Hingga wajib pakai penyangga, agar kepalanya tetap bisa tegak lurus. Mungkin ada beberapa urat syaraf di sekitar organ tubuhnya yang mengalami ketegangan akibat pikiran berat diperiksa penyidik. Bisa jadi ini betul. Karena urat syaraf dikepala dan leher, baik langsung maupun tidak, saling tersambung satu sama lain.

Lain lagi si Faizal Assegaf. Meskipun sama dengan Pak Roy tersenggol perkara IT, cuma jenis kasusnya beda. Memang belum ditahan sich, cuma kalau melihat kebelakang, Pak Faizal ini sudah beberapa kali diadukan orang terkait pencemaran nama baik melalui media sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline