Lihat ke Halaman Asli

Dampak Musim Kemarau terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Kedungmegarih

Diperbarui: 3 Desember 2021   16:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Desa Kedungmegarih merupakan salah satu desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Hal ini di karenakan letak dan tempat wilayahnya yang strategis yaitu berdekatan dengan sungai yang terhubung dengan waduk pusat wilayah Sugio (waduk gondang). Hal inilah yang menjadikan wilayah tersebut digunakan sebagai lahan pertanian sawah.

Perekonomian masyarakat daerah setempat sangat bergantung terhadap hasil pertanian. Selain dari petani itu sendiri, masyarakat juga mendirikan beberapa tempat pengolahan padi sehingga jika petani gagal panen tentunya usaha pengolahan padi tersebut juga tidak  mendapatkan penghasilan. Denganya keberhasilan pertanian berpengaruh besar terhadap perekonomian masyarakat baik itu petani maupun usaha lainya.

Dalam pertanian ada beberapa faktor yang mengakibatkan rusaknya hasil panen salah satunya adalah dampak dari musim kemarau. Dampak dari musim kemarau mengakibatkan lahan mengering dan sukar ditanami. 

Selain sukar ditanami lahan kering akibat musim kemarau juga sulit menyimpan air sehingga banyak lahan yang tidak difungsikan saat kemarau.

 Meskkipun terdapat tanaman lain selain padi yang cocok pada lahan kering tetapi penghaasilan yang didapatkan tidak sebanding dengan pengeluaran. Sehingga banyak petani memilih tidak mengelolah lahan tersebut.

Solusi dari masyarakat setempat dalam mengatasi kekeringan hingga saat ini masih mengantungkan pada pembelian air waduk. Pada konsepnya, ada satu perwakilan dari kelompok tani yang nantinya meminta pihak terkait untuk mengalirkan air selama beberapa hari dengan dana tertentu. Karenanya hanya sebagian lahan yang dapat dialiri air terlepas dari tidak semua lahan berdekatan dengan sumber air.

Pada musim kemarau banyak masyarakat yang perekonomianya terganggu akibat tidak diolahnya lahan pertanian. Sebagian lahan yang dapat ditanami juga mengalami penurunan dalam kualitaas yang mengurangi harga jual padi yang normalnya Rp. 6.000 -- Rp. 7.000 per kilonya menjadi Rp 4.000 -- Rp 5.000 per kilo. Jadi meskipun dapat ditanami pada saat kemarau harga jual padi mengalami penurunan yang membuat masyarakat dalam keadaan ekonomi yang kurang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline