Lihat ke Halaman Asli

Membina Keakraban dengan Mertua.. Wakaka

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_118496" align="aligncenter" width="275" caption="---menantu dan mertua (from google)---"][/caption]

Mungkinkah akrab dan hangat dengan mertua? Jelas mungkin. Selalu ada celah kemungkinan meskipun kecil. Sinar mentari saja sanggup menembus celah-celah tumpukan batu bata kok. Wahaha..

Hmm.. tapi bagaimana cara terbaik agar kita akrab dan hangat dengan mertua?

Rupanya, pertanyaan itu harus dijawab dengan hati-hati. Sebab apa? Sebab rata-rata mertua adalah manusia yang sudah tua. Jadi tidak begitu bijak untuk membina keakraban dengan mertua dengan cara mengajak mereka hang out ke game zone untuk berlomba nge-game balapan F1. Atau berlomba memasukkan bola ke dalam keranjang basket untuk mendapatkan kupon yang bisa ditukar permen karet.

Mengajak mertua nonton konser musik cadas juga kurang baik. Apalagi kalau ngajak nonton Konser Sepultura bareng. Bisa jadi, malah syair lagu Sepultura akan mertua sajikan untuk kita. Hwkpodidrjikjkdkdk Hooooooohhhhh.. teriakan itu akan mengarah ke kita, disajikan mertua dengan mata melotot. Wakaka..

**

Tahap pertama dalam membina kehangatan dan keakraban dengan mertua sebenarnya bisa segera dilakukan jika kita mau berusaha. Cuman, mertua juga harus pengertian terhadap menantunya. Contohnya adalah bagaimana mertua harus pengertian ketika sang anak dan sang menantu menginap, dan terlihat bahwa di pagi hari yang dingin sang anak dan sang menantu ternyata keramas. Mertua harus paham mengenai situasi itu. Berarti, tadi malam telah terjadi semacam pertandingan sepakbola yang bolanya tak pernah masuk ke gawang itu. Wakakaka..

Mertua pasti paham karena mereka juga pernah muda. Sikap mertua yang baik adalah ‘pura-pura tidak tahu kalau anak dan menantunya keramas’. Jika mertua sok tahu dan banyak cing-cong, pasti akan membuat anak dan menantu tidak kerasan untuk menginap. Jadi, jangan sampai mertua menyindir atau bahkan berkata,”Hehe.. nak mantu habis keramas, ya.. btw, tadi malem berapa ronde? Hmm.. asyik nich kayaknya..” Kalau sampai mertua bilang kayak gitu, maka jangan harap menantu akan menginap lagi. Wahaha..

**

Tahap kedua mungkin lebih kepada dialog yang intens. Sang menantu harus berupaya proaktif untuk mewujudkan dialog interaktif yang baik. Biasanya, mertua yang memang sudah tua dan kaya pengalaman itu akan suka bercerita mengenai masa-masa kejayaan di waktu dahulu. Ketika masih menjabat sebagai manajer batu batako ekspress gembol, atau sewaktu masih sanggup menjuarai turnamen panco di kantornya.

Menantu yang pengertian akan mencoba selalu mendengar kisah itu. Coba saja pancing dengan pertanyaan-pertanyaan seputar masa lalu sang mertua. Pasti akan banyak cerita. Apalagi jika sang menantu menunjukkan raut muka ingin tahu dan sesekali decak kagum yang tentu dibuat-buat. Pasti mertua akan mulai dengan cerita-ceritanya lagi.

**

Tapi jangan sampai sang menantu bertanya mengenai hal-hal yang sensitif. Selain tidak etis, itu juga akan membuat mertua berburuk sangka. Jangan sampai terbersit di benak menantu untuk bertanya berapa kekayaan mertua. Berapa banyak sawah dan tanah, berapa banyak deposito atau berapa kilo koleksi emas berlian yang dipunya.

Apalagi kalau sehabis bertanya mengenai kekayaan-kekayaan itu, menantu juga bertanya perihal penyakit mertua. Seberapa parahnya dan kira-kira kapan akan lebih parah dan semuanya berakhir. Jika itu ditanyakan, pasti sang mertua akan mengambil golok dan kupikir sang menantu harus segera berlari secepat-cepatnya. Wakaka..

**

Sungkan dengan mertua juga menunjukkan bahwa belum terjadi tingkat keakraban yang baik dengan mertua. Jika sudah akrab dengan mertua, rasa sungkan akan hilang. Berganti dengan rasa saling mengisi dan memahami. Hal seperti ini bisa dilatih dan dijajaki.

Jika menantu sudah berani kentut di depan mertua, berarti rasa akrab sudah terbina. Ketika menantu kentut di depan mertua.. DUUUTTTT.. terus bilang,”Ahh.. legaaa..” dan kemudian mertua menyambut itu dengan tersenyum dan lantas bilang,”Hmm.. alhamdulillah.. sudah enakan nich perutnya, bro menantu.. udah kagak masuk angin lagi dunkz.. selamat ya..”. Itu berarti sudah terjalin keakraban. Kondisi yang sangat ideal. Tapi jika menantu masih sungkan dan berusaha menahan kentutnya, berarti belum terjadi keakraban.

Huakakak..

**

Untuk memulai itu semua, mertua juga harus berlatih. Cobalah sesekali mertua kentut di depan menantu. Dan setelah kentut, coba saja sang mertua bilang seperti ini,”Gini lho bro menantu.. jangan sungkan-sungkan kentut.. kentut jangan ditahan. Itu tidak baik dan mengganggu kesehatan.. kalau elo nanti kepengin kentut, ya kentut saja bro.. jangan sungkan-sungkan ya..”

Dengan sugesti seperti itu, menantu pasti akan segera paham bahwa sang mertua memang sosok yang luar biasa dan akan segera menjadi kawan seperjuangan yang baik. Wakaka.. [ ]

Salam Kompasiana,

Mr. President




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline