Lihat ke Halaman Asli

Andai Aku Presiden RI Episode 76 –“Natalia Cemburu Pada Putri Awan (Part-2)”

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ontoseno memberi kabar kepadaku.

“Saya sudah menghubunginya, Mr. President. Dia memang sakit karena seharian tak keluar dari kamar pribadinya..” kata Ontoseno.

”Berarti dia tak menjawab teleponmu..?” selidikku.

”Iya benar. Ibunya yang menjawab telpon saya..” jawab Ontoseno.

Huh!!. Bayanganku adalah bahwa Natalia sedang mengurung diri di kamar untuk mendengarkan lagu-lagu mp3 favoritnya, membaca majalah dan buku motivasi. Tak mungkin dia seperti wanita yang menelungkupkan wajahnya dan menangis tersedu. Tak mungkin.

Yang kutakutkan adalah bahwa daya tawarnya tak akan berhenti begitu saja. Karena, of course, ia bisa bertarung denganku sampai aku tersungkur. Dasar wanita perkasa!!

**

Keesokan harinya, Ontoseno malah memberi kabar yang mengejutkanku. Petir di siang bolong.

”Dia ingin berhenti..” kata Ontoseno.

”Apa?? Yang benar saja??” aku terperangah. Ini yang telah kuperkirakan kemarin. ”Apa tidak ada berita yang lebih menyejukkan, Pak Ontoseno??”

”Dia mengatakannya persis seperti itu, Mr. President. Katanya, dia akan mengambil Phd-nya di Kanada.. atau Amerika begitu..” jawab Ontoseno.

Jelas ini tak bisa dibiarkan!!!

**

Aku mencoba menghubungi handphone-nya. Astaga.. ada nada sambung.. Dag dig dug.. dag dig dug.. Daia..

”Hai.. honey.. ”

”Mr. President. Mohon maaf saya.. “

“Hai.. tak ada Mr. President di sini. Yang ada hanya aku..”

Terdiam beberapa saat.

”Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Natalia..?”

”Apapun. Aku selalu menginginkan apapun dalam hidup ini.

Tapi aku sama sekali tak berharap apapun lagi darimu..”

”Tumben kamu seperti ini..?”

”Tidak. Aku akan selalu seperti ini.. mulai sekarang..”

”Biasanya kamu mudah melupakan sesuatu..”

”Tapi ini tak akan bisa..”

”Kenapa??”

”Aku tak mau jawab!!!”

Dia mematikan handphone-nya.

**

Aku memanggilnya lagi.

”Sedang menyusun strategi??” ejekku.

”Ada apa lagi, sih?? Aku sudah mengonsep surat pengunduran diriku..” jawabnya asal.

”Hei.. kamu kalah perang, ya??”

”Aku tidak sedang perang..”

”Bagaimana jika aku tak mau kamu pergi..”

”Persetan semuanya!!”

Baru kali ini ada presiden diumpat dengan kata persetan. Dan hpnya kembali mati.

**

Aku tak putus asa. Aku meneleponnya lagi.

”Kita bicara baik-baik, dan karena aku tak ingin kamu pergi, maka aku akan memberimu apapun yang kamu minta..”

”Mengapa kamu melarangku pergi..?”

Aku menarik nafas panjangku.

”Aku sayang kamu.. Dan aku tak mungkin membiarkanmu pergi.. That’s it..

Natalia mematikan handphonenya lagi. Pasti karena bosan mendengar kata ’sayang’ itu.

**

Tapi aku masih yakin jika kata ’sayang’ dari mulutku tetap mempunyai tuah yang lebih hebat dari pottasium chlorida. Satu menit, dua menit.. dan akhirnya.. tiga menit kurang sepuluh detik.

Tuut.. handphoneku berdering. Siapa lagi kalau bukan Natalia. Nah.. benar, kan?? Kata ’sayang’ dari mulutku mempunyai tuah..?? Hahaha..

**

”Aku tak mau seperti ini..” katanya di ujung sana.

”Lucu kamu..” balasku.

”Sial..!!”

”Mengumpat saja semaumu. Aku akan memaafkanmu, kok.. ”

Aku tahu, aku lelaki yang paling sakti. Tapi aku tak perlu menunjukkan itu kepadanya, kan? Natalia pasti mengakui itu dalam hatinya. Ia mengumpat karena ia heran mengapa ia tak ingin jauh dariku. Ia hanya bingung dan tak mampu menjawab pertanyaannya sendiri. Huhuuuuyyyy...

”Aku ingin kita bersama lebih lama.. waktu yang lebih lama.. dalam sebuah even yang hanya berdua.. dalam sunyi.. tak ada yang lain..” kata Natalia dengan nada yang lebih baik, kukira.

Aku menangkap sebuah permintaan dari Natalia. Jelas sekali ia ingin lebih dari Putri Awan. Ia ingin menjadi amat-amat spesial.

Semua tahu even apa saja yang telah kubuat dengan Putri Awan. Putri Awan dan aku telah membuat acara-acara spesial. Ultah di atas kereta api, naik heli keliling Jakarta, dan apa saja. Tapi kami berada di keramaian ketika itu. Kami dikawal, kami dilihat banyak orang.

Tapi permintaan Natalia barusan.. ini lain sekali. Natalia ingin even berdua. Dan hanya berdua. No more people. Just for both of us.

”Apa aku bisa?” aku mencoba mengetes Natalia.

”Apa yang tidak mungkin menjadi bisa buatmu?” Natalia memang tahu banyak.

”Bukankah kamu tahu.. setidaknya ada Simon.. ”

”Bahkan Simon pun harus pergi dari kita..”

”Maksudmu.. kita terjebak di dalam lift dengan kondisi hanya berdua??”

No time for kidding now. Aku sudah mempunyai rencana yang lebih baik..”

BERSAMBUNG..

[ Apa gerangan yang akan terjadi selanjutnya? Rencana apa yang telah disusun Natalia?? Tunggu sobat-sobatku. Mr. President lagi sibuk banget.. jadi agak sulit nyari waktu nulis nich.. ]

Salam Cinta

ZUHDY TAFQIHAN




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline