Lihat ke Halaman Asli

Andai Aku Presiden RI Episode 60 – “Berjiwa Besar (Part-2 Habis)”

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah kuduga, hati Natalia tak luluh semudah yang kukira. Hatinya bagai baja yang keras. Ia hanya menerima uluran tangan tanda maafku, dan hanya diam tanpa ekspresi. Beruntung dia mau mengulurkan tangannya membalasku. Jika tidak, aku pasti bagai petinju yang terkapar di sudut ring.

Tapi aku bukanlah lelaki yang tak bisa menembus baja, kukira. Minimal, aku adalah pria ulet yang tahan banting. Dengan melihat apa yang terjadi, aku harus mengubah bahasaku. Natalia jelas akan menolak bicara, dan berarti aku membutuhkan bahasa lain untuk berkomunikasi dengannya.

Dan itu adalah bunga. Katakan dengan bunga. Benar-benar bunga. Bukan bunga bank seperti lelucon-lelucon itu.

**

Setelah membuat surat, aku menyuruh Jemangin untuk menyertakannya pada bunga segar yang akan diantar tukang bunga siang ini. Kubaca sekali lagi surat itu.

Dear, Natalia

Apakah kamu punya jiwa yang besar? Jiwa yang lapang?

Jika jawabanmu ya.. mengapa tidak segera kamu jawab permintaan maafku.

Apakah kamu memang tidak peduli kepadaku yang resah dan gundah? Jika jawabanmu ya.. segera pergi dariku. Sebab, apa gunanya bersahabat denganmu jika hatimu sudah tak peduli kepada hatiku.

Apakah kamu tak menyadari bahwa keadaan di muka bumi ini tak selalu sesuai dengan yang kita harapkan? Jika jawabanmu ya.. maka aku tak mau lagi dekat-dekat denganmu.

Dari Aku yang peduli dengan hatimu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline