Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Ikonis Raden Gatotkaca dalam Pewayangan di Indonesia

Diperbarui: 18 Desember 2023   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kita semua tahu bahwa sejarah Indonesia tidak pernah lepas dari peninggalanya di jaman kerajaan. Mereka meninggalkan banyak bukti sejarah yang membuat kita jadi ingin mengenal Indonesia lebih dalam fakta menarik di setiap fenomenanya.  Seperti ditemukannya candi, petilasan, gapura, prasasti, arca, kitab, dan wayang. Wayang menjadi salah satu aset budaya yang dimiliki Indonesia, budaya peninggalan nenek moyang sejak kerajaan Hindu Budha Wayang juga digunakan oleh para ulama untuk menyebarkan agama di Nusantara. Wayang juga dipandang sebagai suatu bahasa simbol dari hidup dan kehidupan yang lebih bersifat rohaniah daripada lahiriah. Orang melihat wayang seperti halnya melihat kaca rias. Jika orang melihat pagelaran wayang, yang dilihat bukan wayangnya melainkan masalah yang tersirat di dalam (lakon) wayang itu. Seperti halnya kalau kita melihat ke kaca rias, kita bukan melihat tebal dan jenis kaca rias itu, melainkan melihat apa yang tersirat di dalam kaca tersebut. Kita melihat bayangan di dalam kaca rias itu. Oleh karenanya, kalau kita melihat wayang dikatakan, bahwa kita bukan melihat wayangnya, melainkan melihat bayangan (lakon) diri kita sendiri (Djojosupadmo 1978 ). Sampai saat ini wayang masih dilestarikan. Wayang memiliki berbagai macam bentuk dan keseniannya di setiap adat istiadat daerah, namun yang paling terkenal dan banyak diketahui masyarakat adalah Wayang Kulit. Dalam wayang kulit sendiri tokoh-tokoh yang sering dijadikan sebagai pagelaran banyak diambil melalui kisah mahabharata, Raden Gatotkaca salah satunya. Raden Gatotkaca dalam pewayangan memiliki sebutan "Otot Kawat" dan "Bertulang Baja". Pewayangan Jawa menggambarkan juga kalau Gatotkaca bisa terbang, dan orang India meyakini sosoknya sebagai ksatria pringgadani keturunan bangsa raksasa. Pagelaran wayang tentang kisah Raden Gatotkaca menjadi ikonis yang selalu menarik para masyarakat.

Dalam Wayang Kulit Purwa gaya Surakarta, Gatotkaca menggambarkan seorang raja muda, terlihat dari pakaian dan atribut yang digunakan oleh Gatotkaca. Pakaian dan atribut ini mempunyai fungsi dan makna. Tiga buah pakaian pusaka yaitu Tanjung Basunanda. Tanjung basunanda merupakan penutup kepala yang berfungsi menjaga Gatotkaca agar tidak gerah bila terkena panas dan  basah bila kehujanan Kotang AntraKusuma, pakaian yang menunjukan seorang Gatotkaca mampu terbang dengan sangat cepat dan tanpa tumpuan walau menggunakan sayap. Terompah Padakacarma, sepasang alas kaki yang membuat Gatotkaca akan terlindungi dari pengaruh jahat dari suatu tempat yang dia lewati, sehingga dia bebas melintasi tempat-tempat angker atau bahaya. Adapun juga makna logo bintang di Gatotkaca yang dipercaya simbol Dewata Nawa Sangha,  simbol sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin dalam konsep agama Hindu. Sembilan penguasa tersebut merupakan Dewa Siwa yg dikelilingi oleh delapan aspeknya. Selain itu Gatotkaca memiliki perisai lain yang dipakai di badannya, memiliki makna bahwa pemakainya adalah bangsawan, ksatria, atau raja, seperti Gelang Kana Calumpringan, Kelat bahu naga rangsang, ikat rambut Garuda Mungkur, Praba, Binggel atau Gelang kaki Keroncong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline