Lihat ke Halaman Asli

Bolehkah Ibu Hamil dan Menyusui Berpuasa?

Diperbarui: 9 Juli 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Trending Topic

Pertanyaan ini menjadi trending topic di praktek dokter kandungan manapun ketika memasuki bulan suci ramadhan. Meskipun sudah ada dispensasi khusus bagi ibu hamil dan menyusui untuk boleh tidak berpuasa, ibu hamil dan menyusui juga punya semangat beribadah yang tidak kalah tinggi dibanding yang tidak hamil atau menyusui.

Kita ketahui bahwa ibu hamil membawa janin dalam kandungannya, yang akan mendapatkan asupan cairan nutrisi selama 24 jam penuh tanpa henti. Berbagai kebutuhan tumbuh kembang janin dalam rahim disalurkan dari tubuh ibu, dengan perantara plasenta dan tali pusat ke tubuh janin. Sehingga, apapun yang dialami dalam aktifitas sehari-hari seorang ibu hamil, faktor kesinambungan asupan ini harus menjadi perhatian utama. Keluhan ibu dapat menjadi tanda-tanda untuk menilai potensi timbulnya gangguan.

Selama berpuasa, ibu hamil akan terpapar pada stress, yaitu stress lapar dan haus. Pada orang yang tidak hamil, adaptasi tubuh terhadap keluhan yang timbul akibat stress lapar dapat diatasi lebih mudah secara metabolik. Namun, tidak demikian pada perempuan hamil, karena secara bersamaan terjadi perubahan fisiologi berbagai fungsi organ dan metabolisme, misalnya dalam pengaturan kadar glukosa darah, karbohidrat utama penyusun energi.

Berbagai pengaruh hormon yang diproduksi selama kehamilan juga akan mempengaruhi kondisi ibu hamil.

Sebelum berpuasa, ibu hamil sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kandungan, untuk menilai apakah kondisi kehamilannya aman untuk dibawa berpuasa.

Apabila kehamilannya disertai faktor penyulit, maka ibu hamil tidak dianjurkan untuk berpuasa. Ibu hamil yang memerlukan atau menjalani pengobatan tertentu juga pantang berpuasa. Pada kondisi ini alasan tidak berpuasa adalah dobel: hamil dan sakit.

Pada kondisi berikut (tidak terbatas pada yang disebutkan), ibu hamil tidak dapat berpuasa :
- hiperemesis gravidarum
- perdarahan
- kontraksi atau ancaman persalinan prematur
- hamil kembar (risiko kehamilan meningkat)
- Berbagai penyakit penyerta : Hipertensi, preeeklampsia, diabetes, asma, dll
- kondisi lain, atas penilaian dokter

Sehingga, ibu hamil yang dapat berpuasa adalah yang mengalami kehamilan 'normal' tanpa komplikasi atau penyulit yang menyertai.

Pada kehamilan trimester pertama, seorang ibu melewati masa adaptasi yang kadang-kadang dapat merepotkan. Keluhan yang sering muncul berupa mual, muntah, pusing, gangguan keluhan saluran cerna sangat lazim menyertai. Pada kondisi mual-muntah hebat, berpuasa sudah pasti dilarang. Selain itu pada trimester pertama, janin akan mengalami pertumbuhan berbagai organ yaitu otak, saraf, jantung, ginjal, saluran cerna hingga siap memasuki tahap maturasi organ pada trimester 2. Plasenta juga dalam masa perkembangan yang penting pada trimester pertama. Ini merupakan fase krusial sebuah kehamilan. Sebaiknya perempuan hamil tidak berpuasa pada trimester pertama, karena sang ibu perlu asupan nutrisi dan cairan yang cukup, di samping harus menghadapi berbagai keluhan pada masa adaptasi ini.

Pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, seorang ibu mulai dapat beradaptasi atas kondisinya. Keluhan-keluhan yang hanya muncul di trimester pertama sudah hilang. Pembentukan organ dan plasenta sudah lengkap, hingga siap mengalami maturasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline