Lihat ke Halaman Asli

Kebijakan Abstrak dan Pemerintahan yang Malas

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang aneh dengan cara negeri ini dikelola oleh penyelenggara negara baik pemerintah maupun DPR khususnya terkait kebijakan kenaikan BBM. Meskipun di mulut dikatakan “silakan berdemonstrasi menyuarakan aspirasi asal tidak anarkhis”, tetapi tidak ada satupun ruang dialog yang diberikan pemerintah maupun DPR. Mereka seolah tidak memiliki telinga dan “pura-pura” berempati padahal sedikitpun tidak mendengar. Benarlah apa yang disuarakan Editorial Media Indonesia hari ini (28 Maret 2012), “Pembahasan RAPBN-P 2012 yang hanya berlangsung satu bulan itu dilakukan tanpa public hearing dan saat ini tinggal menunggu ketuk palu dalam sidang paripurna dewan. Pembahasan RAPBN-P itu seperti berlangsung di atas sebuah menara gading sehingga persetan dengan aspirasi rakyat.”

Apalagi kalau melihat perilaku SBY sebagai penanggung jawab kebijakan yang kacir ke negeri seberang, semakin jelaslah bahwa Pemimpin Hebat ini semakin hari semakin asyik masuk dengan sendiri sendiri.. Lebih paranoid lagi SBY mengerahkan tentara untuk melindungi istana.. ini semakin menunjukkan betapa jauhnya pemimpin dengan yang dipimpin. Wajar saja kalau masyarakat semakin frustasi karena mereka seperti bicara sendiri, bermonolog ria, tanpa ada sambutan... Kalau mereka semakin kreatif dan sedikit anarkis.. bisa dimaklumi.. Beruntung kita masih memiliki sedikit pemimpin di daerah yang memiliki empati.. mau bersama-sama rakyat menyuarakan aspirasinya meski punya risiko diancam dipecat dari jabatannya..

Sementara penyelenggara negara yang dipilih melalui pemilu langsung oleh rakyat sedang mempertontonkan bagaimana mereka sedang asyik masuk dengan diri sendiri mengerahkan seluruh kekuatan pikiran dan imajinasinya.. rakyat dianggap tidak punya pemikiran dan aspirasi.. mereka cukup mendasarkan survei dan seolah semuanya sudah transparan.. Inilah kebijakan abstrak yang tidak mempertimbangkan apa yang betul-betul dirasakan masyarakat dan menjadi praktek kesehariannya.. serta apa aspirasi dan pemikiran mereka... Secara akal sehat sederhana saja bisa dipertanyakan.. bagaimana mungkin negeri yang kaya energi (gas, batubara, geotermal) bukan hanya BBM ketika harga energi internasioanl tinggi, kita malah seperti orang kesurupan.. pastilah kita dapat rejeki nomplok yang sangat besar yang bisa menutupi import BBM.. Kenapa fakta yang seperti ini tidak pernah diungkap jajaran pemerintah.. selalu import BBM yang dikambinghitamkan..

Sebagai gambaran, dalam Indonesia Fact Sheet (diakses langsung dari situs Chevron), Chevron menyatakan bahwa sebagai produsen minyak terbesar di Indonesia, rata-rata perhari menghasilkan 477.000 barel selama tahun 2010 atau dalam setahun 174.105.000 barel. Sementara produksi minyak seperti dilaporkan Kementrian ESDM pada tahun yang sama sebesar 344.386.000 barel atau dengan kata lain produksi Chevron mencakup 51% dari total produksi negara... Seandainya Produksi Chevron untuk 2012 sama dengan 2010 dan dijual dengan harga internasional 120 US$ dengan harga 1$ = Rp 9.000, maka akan menghasilkan pendapatan 188 trilyun lebih, artinya melebihi subsidi BBM yang dikatakan Pemerintah bisa membengkak dari 123 trilyun menjadi 170 trilyun.. Padahal Chevron masih menghasilkan gasdan energi panas bumi yang belum dihitung di sini.. belum lagi perusahaan asing lainnya.. Ini menggambarkan secara energi kita negara yang kaya raya.. masalahnya berani tidak pemerintah menata ulang agar energi yang begitu besar bisa lebih dinikmati bangsa sendiri bukan saja bangsa asing..

Pointnya adalah kalau kita bisa mengelola energi kita dengan betul dan sesuai spirit UUD 1945 bahwa semua barang yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.. kita tidak akan kebingungan kalau ada lonjakan harga energi di tingkat internasional.. justru kita akan untung.. Pemerintahan ini malas seperti sindir AA Navis dalam Cerpen “Robohnya Surau Kami”, melalui tokoh Tuhan, berikut ini: “Kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedangkan harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling tipu menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas”.

Ketidakbecusan mengurus anggaran, karena minimnya pemasukan dari sektor pajak yang menjadi andalan di satu sisi, dan besarnya pengeluaran untuk mencicil hutang luar negeri di sisi lain (inilah faktor yang sesungguhnya membikin APBN jebol atau defisit), membuat “pemerintah” yang malas ini mencari jalan pintas dengan memanfaatkan momen kenaikan harga BBM di tingkat internasional untuk meraup dana trilyunan rupiah dalam sekejap melalui kebijakan menaikkan harga BBM per 1 April nanti. “Anehnya” pemerintah mengkambinghitamkan “BBM” sebagai penyebab jebolnya anggaran/defisit anggaran, padahal faktanya pemerintah justru diuntungkan besaran eksportnya masih lebih besar daripada importnya, sehingga masih surplus (sebagai gambaran untuk data 2010/Statistik Minyak Bumi, Situs Kementrian ESDM, disebutkan total import pemerintah sebesar 101.093.030 barel, sebaliknya total ekspor BBM mencapai 121.000.000 barel, kalau dikurangkan masih ada sisa eksport 19.906.970 barel yang merupakan keuntungan bagi pemerintah). Kebijakan ini menggambarkan pemerintahan SBY bisa dikatakan sebagai Pemerintahan yang malas, senang mengkambinghitamkan, dan tidak mau mendengar aspirasi masyarakat..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline