"Kita adalah pewaris perjuangan, tanggung jawab kita adalah menjaga dan memajukan warisan sejarah."
Tulisan ini adalah sebuah catatan perjalanan yang Istimewa dan layak disimpan dalam media ini sebagai diary. Sebuah pengalaman berkesan mendalam bagi saya yang dua tahun ajaran terakhir dipercaya menjadi pembina ekstrakurikuler Jurnalistik.
Kegiatan jurnalistik di sekolah kami tak hanya sekadar mengembangkan keterampilan menulis, mengamati, dan melaporkan informasi secara objektif kepada publik, baik melalui media cetak atau digital dalam konteks penulisan berita, namun juga mengajak anak-anak menulis cerpen, memahami isi cerpen, juga mengenal tokoh di balik cerpen tersebut.
Sebuah momen perdana bagi tim jurnalistik di semester ganjil tahun ajaran ini, kami didapuk sebagai narasumber kelas membaca salah satu cerpen karya tokoh sastra ternama asli arek Malang, almarhumah Ratna Indraswari Ibrahim bertajuk “Pohon Kenari di Willem Straat”.
Kelas Membaca Istimewa
Kegiatan kelas membaca kali ini sungguh istimewa karena digelar tepat di kediaman almarhum Mbak Ratna di Jalan Diponegoro 3, Klojen, Kota Malang yang pada Agustus lalu resmi menjadi Rumah Budaya Ratna. Kegiatan outing class perdana ini dilaksanakan di jam kegiatan ekstrakurikuler pada Selasa, 17 September 2024 mulai pukul 16.00 hingga 17.00 WIB.
Menjadi semakin istimewa karena menuju ke Rumah Budaya Ratna yang hanya berjarak 1 kiometer dari sekolah itu kami yang beranggotakan 23 siswa, berjalan kaki berjalan menyusuri gang dan jalan Diponegoro yang melegenda. Sebuah gang sempit di antara perumahan yang padat sejak era Kolonial Belanda.
Kami menyusuri sepanjang jalan di mana banyak berjajar pohon kenari di kanan kirinya. Sambil berceloteh tentang sejarah jalan Diponegoro, saya memungut biji-biji kenari yang berjatuhan dan memperkenalkannya pada siswa tim jurnalistik.
Ada bersit kebanggan tersendiri, kami dipercaya untuk mengulas dan berdiskusi tentang salah satu cerpen Mbak Ratna yang sarat sejarah di tempat yang bersejarah pula; di rumah Mbak Ratna, di Jalan Diponegoro 3 yang ternyata adalah Willem Straat anno 1914, zaman Kolonial Belanda.