Menelusuri tempat masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya di dusun Ubalan, desa Maguan, Kabupaten Malang 14 tahun lalu membuat saya dejavu. Lambat laun ingatan kembali ke masa-masa yang banyak menyisakan kenangan itu.
Di tanggal merah di awal bulan Juni kali ini saya sengaja mengunjungi dusun Ubalan, desa Maguan di sebelah tenggara kaki gunung Kawi.
Jika sebelumnya saya berbagi kisah kocyak yang terjadi selama menjalaninya, saya juga merasa perlu mengungkap kearifan lokal yang telah ada sejak masa kolonial Belanda dan masih berlangsung hingga saat ini.
Desa Maguan Sejuk dan Subur
Mentari sangat terik, namun setelah memasuki desa Maguan yang penuh hamparan tebu yang mulai berbunga hawa berangsur sejuk.
Di sepanjang jalan nampak bunga-bunga tebu melambai-lambai seperti kapas bertaburan, daun-daunnya pun berkilau diterpa sinar mentari membuat pemandangan sekeliling jalan desa Maguan terlihat begitu indah.
Saya langsung menuju ke Sumber Umbulrejo yang terletak di dusun Ubalan, desa Maguan tempat petilasan Eyang Sapu Jagad yang pertama.
Tempat di mana mitos Eyang Sapu Jagad menjelma menjadi obyek wisata alam dan religi yang menyedot pengunjung dari berbagai daerah dan berbagai kepentingan.
Setelah hampir satu jam perjalanan dari kota Malang, saya sampai di sumber umbulan yang kini bernama "Sumber Umbulrejo" ini.
Parkiran sangat luas, tiket masuk pun relatif terjangkau hanya Rp 3.000,- saja per kepala. Segala macam jajanan kuliner yang berjajar di kios-kios UMKM pun harganya sangat murah.