Lihat ke Halaman Asli

Yayuk Sulistiyowati M.V.

TERVERIFIKASI

Pembalap Baru

Cerpen: Ujung Sesal

Diperbarui: 10 Mei 2024   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : tinybuddha.com

“Maaf  Bu, aku tak bisa pulang. Sejak operasi transplantasi ginjal aku sudah tidak mengurus perusahaanku yang terbengkalai,” Bagus menjawab telepon Ibunya.

Terdengar lirih oleh Tika istrinya suara tangis ibu mertuanya semakin hebat.

Wajah Tika memucat setelah tahu bahwa Danang, kakak kandung suaminya Bagus meninggal dunia 15 menit yang lalu. Hubungan Danang kakak iparnya dengan Bagus suaminya renggang sejak bapak mertuanya meninggal.

Diam-diam Tika menitikkan air mata, betapa jahat suaminya terhadap ibu dan kakaknya sendiri selama ini. Tika merasa bersalah.

***

Danang pemuda pendiam dan sederhana. Ia mewarisi ketenangan dan kesederhanaan bapaknya. Sang Ibu cenderung lebih tegas dan disiplin dalam mendidik kedua anaknya. Sebuah kolaborasi pendidikan dasar yang baik bagi pertumbuhan pribadi anak yang tampak dari dalam diri Danang dan adiknya Bagus.

Danang memilih untuk hidup di desa kelahirannya dan bertani bersama bapak ibunya. Ia menikah dengan teman masa kuliahnya dan dikaruniai dua anak yang masih kecil. Keluarga kecil Danang hidup bahagia meskipun tetap menerapkan kesederhanaan.

Sumber : Pixabay

Perselisihan Danang dengan adiknya Bagas bermula sejak bapaknya meninggal empat tahun lalu. Sawah dan kebun kopi seluas 12 hektar di desa menjadi sengketa.

Bagus bersikukuh hendak menjual sawah dan kebun kopi itu, sedangkan Danang dan ibu berpendapat sebaliknya. Bagus murka dan memaksa meminta bagiannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline