Beberapa waktu terakhir kenaikan harga beras menjadi bahan perbincangan masyarakat di berbagai wilayah. Ibu-ibu rumah tangga saling curhat saat bertemu dan belanja di toko kelontong langganan mereka. Baik pemilik toko maupun pembelinya juga menghadapi masalah yang kurang lebih sama, hingga akhirnya hanya pasrah oleh kondisi seperti ini.
Fenomena yang terjadi dalam mayarakat semacam ini tak dapat dihindari. Masing-masing pribadi mempunyai sudut pandang sendiri dalam menyikapinya. Penulis pun menjadi tergerak untuk berpikir, setidaknya mulai memilih makanan pengganti beras yang lebih sehat dan kaya manfaat untuk tubuh.
Sejak menginjak usia ke-40, kondisi tubuh mulai banyak berubah. Lebih mudah lelah, lemas dan sakit. Berbagai penyakit juga mulai mengintai, seperti hipertensi, nyeri sendi, infeksi saluran kemih, ginjal, diabetes, dan lain sebagainya.
Tentu saja semua ini mulai mengusik dan harus berusaha mengantisipasi agar tubuh tetap segar dan fit. Selain olahraga, pola makanan dengan asupan makanan sehat pun menjadi perhatian yang sangat penting.
Beras putih yang biasa dikonsumsi dinilai mempunyai kandungan kalori dan karbohidrat yang tinggi serta jumlah serat yang rendah. Tentu di usia-usia ini juga mulai harus dikurangi.
Mengantisipasi hal ini, penulis memilih beras porang sebagai makanan diet sekaligus alternatif pengganti beras putih biasanya. Bagi kalangan tertentu beras porang bukan hal yang asing, khususnya bagi siapa saja yang harus diet kalori. Tidak hanya itu, beras porang mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan.
Apa itu Porang?
Porang atau Amorphophallus muelleri Blume adalah sejenis umbi bahan pangan endemi berserat tinggi dengan karbohidrat rendah, berumbi tunggal, berbentuk bulat dengan cekungan batang di bagian atas.
Ketika dibelah, dagingnya berwarna kuning keemasan yang mengeluarkan kristal cair berkilauan bernama asam oksalat yang mengakibatkan rasa gatal, iritasi dan gangguan ginjal jika tidak diolah dengan cara yang benar.