Lihat ke Halaman Asli

Yayuk Sulistiyowati M.V.

TERVERIFIKASI

Pembalap Baru

Ketika Bom Waktu Anak Mulai Pacaran Meledak

Diperbarui: 8 November 2022   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi teman curhat anak | Depositphotos 

Menjadi orangtua tunggal bagi anak-anak yang mulai beranjak remaja seringkali merasa seolah menyimpan beberapa “bom waktu” yang jika tiba saatnya satu per satu bom itu akan meledak. “Bom waktu” ketakutan dan kegelisahan dengan aneka pikiran yang cenderung ke arah negatif. 

Salah satu “bom waktu” itu adalah ketika anak mulai pacaran. Apalagi bagi seorang Ibu sekaligus ayah seperti saya yang mempunyai anak gadis yang beranjak dewasa dan mulai dekat dengan anak muda lawan jenis, teman kuliahnya. Satu hal yang wajar, karena tak dapat dipungkiri kita akan flashback pada pengalaman kita di masa muda. Jika masa pacaran kita waktu itu baik-baik saja, setidaknya masih ada rasa tenang. Jika sebaliknya?

“Bila kita fokus pada hal yang negatif, kekuatan negatif yang akan lebih kuat di dalam diri kita. Maka perbuatlah sebaliknya.” (Family DISCovery)

Sebagai orangtua mau tidak mau kita harus siap jika sewaktu-waktu “bom waktu” itu meledak. Jauh-jauh hari, kita sebagai orangtua sudah harus menanamkan presepsi yang benar dan memberi rambu-rambu yang harus ditaati ketika anak mulai pacaran.

Berikut ini beberapa hal yang perlu saya sharing-kan dalam mengantisipasi jatuh tempo meledaknya “bom waktu” itu antara lain dengan :

MENANAMKAN DASAR IMAN YANG KOKOH

Sebagai manusia beriman, sangat baik jika kita berikan bekal keimanan yang kuat sebagai landasan, tentunya ini sudah seharusnya ditanamkan sejak lahir. Membiasakan anak-anak untuk takut kepada Tuhan dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan taat kepada Tuhan, anak-anak akan diajarkan pula untuk taat kepada orangtuanya.

MENANAMKAN PRESEPSI PACARAN YANG BENAR 

Sebagai orang tua kita harus membekali mereka dengan mengenalkan apa itu definisi, maksud, dan manfaat dari pacaran itu sejak mereka mulai akil baligh atau kurang lebih di usia-usia anak SMP. Meskipun tak sedikit anak-anak masa kini sebelum usia akil baligh yang sudah mulai “berpacaran” tanpa memahami arti sebenarnya pacaran itu sendiri.

Dalam konteks berpacaran, anak perlu diberi gambaran bahwa pada dasarnya manusia adalah ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk saling mengasihi. Ketika mulai pacaran, artinya manusia mulai mengenal bentuk saling mengasihi secara lebih spesial karena mulai jatuh cinta kepada lawan jenis dan mulai mengekspresikannya dalam bentuk saling memberi perhatian, perlindungan dan kasih sayang . Dari sini muncul sebuah relasi yang melibatkan perasaan dari kedua belah pihak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline