Lihat ke Halaman Asli

YWAM_JP NEWS

YW Al Muhajirien Jakapermai

Mengenal Dimensi Kesadaran: Menyadari Perbedaan?!

Diperbarui: 7 Oktober 2023   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : Dok. Pribadi (Suasana Coffee Morning di Kantor YW Al Muhajirien Jakapermai)

Oleh. Muhammad Eko Purwanto

Reza A.A Wattimena, Peneliti di bidang Filsafat Politik, Filsafat Ilmu dan Kebijaksanaan Timur, pernah mengatakan bahwa teori transformasi kesadaran berpijak pada filsafat Eropa, filsafat Asia dan neurosains. Ia membawa manusia dari kesadaran yang sempit menuju kesadaran kosmik, bahkan lebih. Teori ini bergerak dari kesadaran egoistik menjadi kesadaran yang tak berbentuk, dan sepenuhnya terbuka. Puncaknya adalah kekosongan yang merupakan hakekat terdalam dari segala yang ada.

Tingkat kesadaran manusia menentukan mutu hidupnya. Persepsinya tentang dunia tergantung pada tingkat kesadarannya. Begitu pula cara berpikir dan merasa yang ia miliki. Pada tingkat akhir, semua ini akan mempengaruhi mutu perilaku maupun tindakan manusia di dalam keseharian, serta keadaan masyarakat secara keseluruhan. Pada titik ini, Reza A.A Wattimena membagi tingkatan kesadaran manusia menjadi 5 (lima) bentuk, yang membentuk suatu hirarki, yakni : Kesadaran Distingtif-Dualistik, Kesadaran Immersif, Kesadaran Holistik-Kosmik, Kesadaran Meditatif, dan Kesadaran Kekosongan.

Kontribusi Filosof 

Filosof Muslim pertama yang mengemukakan tentang kesadaran distingtif dualistik adalah Al-Kindi. Al-Kindi adalah seorang cendekiawan Muslim Abad Pertengahan yang dikenal sebagai "Bapak filsafat Arab" dan merupakan salah satu tokoh penting dalam pengembangan pemikiran dan filsafat Islam.

Al-Kindi menyatakan bahwa kesadaran manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu: kesadaran materi dan kesadaran intelektual. Kesadaran materi mencakup semua pengalaman dunia fisik dan sensori yang kita rasakan melalui panca indera, seperti: penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan lain sebagainya. Kesadaran intelektual, di sisi lain, mencakup pemahaman dan kesadaran kita tentang pikiran, ide, konsep, dan spekulasi filosofis.

Al-Kindi berpendapat bahwa kesadaran intelektual adalah yang lebih penting dan lebih tinggi daripada kesadaran materi. Menurutnya, beberapa orang memiliki kesadaran intelektual yang lebih kuat daripada yang lainnya, yang memungkinkan mereka untuk memahami lebih dalam hakikat realitas dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

Namun, Al-Kindi juga mengakui bahwa kesadaran materi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan untuk memahami dunia materi. Kesadaran materi memberikan kita perspektif tentang realitas fisik di sekitar kita dan membantu kita berinteraksi dengan dunia ini. Dengan mengemukakan konsep tentang kesadaran distingtif dualistik ini, Al-Kindi berusaha untuk menyeimbangkan pandangan tentang kesadaran manusia sebagai entitas yang terhubung dengan alam materi dan juga sebagai individu yang memiliki kemampuan kognitif dan spiritual yang unik.

Pemikiran Al-Kindi tentang kesadaran ini menunjukkan pendekatannya yang holistik dalam memahami manusia dan alam semesta. Ia menganggap bahwa kesadaran manusia adalah suatu kesatuan dari dimensi material dan spiritual, dan keduanya saling melengkapi dan membentuk identitas manusia secara menyeluruh.

Kesadaran Distingtif-Dualistik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline