Lihat ke Halaman Asli

Perpisahan Indah Erick Thohir dengan Internazionale Milano

Diperbarui: 27 Januari 2019   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: www.ft.com

Erick Thohir yang namanya akhir-akhir ini memenuhi berita politik Indonesia, terkait posisinya sebagai ketua tim kampanye capres nomor urut satu, pernah menggemparkan jagat sepak bola dunia terkait insiden salah ucapnya yang menyebutkan bahwa dirinya merupakan penggemar Internazionale Milano sejak era Trio Belanda (yang sebenarnya adalah Trio Jerman).

Insiden salah ucap tersebut menjadi bahan olok-olokan media Italia yang terkenal sangat "perhatian" pada isu-isu sepak bola dibandingkan politik. Pria kelahiran tahun 1970 ini sampai harus memohon maaf.

"Saya melakukan interview itu pada 17 Agustus di Jakarta. Hitung mundur Asian Games sudah dilakukan sehari sebelumnya, dan saya mengalami banyak tekanan. Hal ini menyebabkan saya salah sebut," ujar pemilik Mahaka Grup ini kepada Straits Times, 26 Agustus 2017 lalu.

"Saya tahu benar tentang mana pemain Jerman dan mana pemain Belanda. Dan saya sangat tahu kalau Inter tidak pernah memiliki Trio Belanda," lanjutnya.

Pada dasarnya kita semua sudah tahu bahwa pemilik klub DC United ini sebenarnya lebih menggemari olahraga bola basket dibandingkan sepak bola. Wajar bila publik berasumsi bahwa keputusannya membeli mayoritas saham Internazionale dari tangan Massimo Moratti pada 2013 lalu merupakan keputusan bisnis semata.

Akuisisi Internazionale Milano 

Tanggal 10 Zulhijah 1434 H, tepat saat perayaan Iduladha, atau dalam kalender Masehi bertepatan dengan 15 Oktober 2013, adalah tanggal di mana Erick Thohir merampungkan kesepakatan pengakuisisian 70 persen saham Internazionale Milano, klub sepak bola raksasa Italia, dari tangan Moratti.

Nerazzuri, julukan internazionale, yang sebelumnya dijalankan para presiden sebelumnya dengan cinta tanpa pamrih, berubah drastis ketika Thohir mulai menancapkan ide-ide bisnisnya, terutama dengan mengisi manajemen dengan muka-muka baru yang profit oriented.

Klub yang bermarkas di Appiano Gentile ini pun berubah drastis, dari klub konvensional menjadi klub yang lebih modern dari sisi manajerial.
Perlahan tapi pasti, utang Internazionale berkurang dan brand image meningkat, walau tidak signifikan.

Penjualan Saham ke Grup Suning

Dari sisi prestasi di lapangan, tak ada yang bisa dibanggakan oleh Thohir karena Internazionale [bahkan] tidak pernah menembus zona Liga Champions di 3 tahun awal kepemimpinannya.

Menyadari hal tersebut, atau sekali lagi karena insting bisnis semata, pemilik klub basket NBA Philadelphia 76ers ini, mulai mencari mitra yang kuat secara finansial. Atau dengan kata lain, bersiap melepas tim yang bermarkas di stadion Giuseppe Meazza ini.

Gayung pun bersambut, pada pertengahan 2016, konglomerat asal Tiongkok, Zhang Jindong, melalui bendera Suning Group, membeli saham Internazionale sebanyak 68,55 persen. Sedangkan Thohir masih memiliki 31 persen saham dan tetap menjabat sebagai presiden klub.

Akhir Petualangan bersama Internazionale

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline