Lihat ke Halaman Asli

Tradisi "Puetron Aneuk" dan Sisi Psikologisnya

Diperbarui: 24 Desember 2018   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anak adalah harta paling berharga dari kehidupan. Sebagai orang tua, kita rela mengorbankan segala yang kita miliki, demi kebahagiaan dan tumbuh kembangnya. Di semua kebudayaan manusia, kita temukan artefak yang berisi merawat, mendidik, berperilaku terhadap anak, tak terkecuali pada masyarakat Aceh.

Masyarakat Aceh memiliki adat istiadatnya sendiri dalam menyambut anak. Hal itu bernama Peutron Aneuk. Secara harfiah, Peutron Aneuk berarti anak turun ke tanah yang disambut oleh masyarakat sekitar. Walaupun ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaannya di berbagai daerah di Aceh, namun konsep upacaranya tetapah sama.

1.    Persiapan dan Pelaksanaan Upacara

       Adapun persiapan yang biasanya dilakukan sebelum pelaksanaan upacara adalah:

  • Rapat keluarga. Keluarga merencanakan segala hal berkaitan upacara seperti waktu. Banyak daerah melaksanakannya 44 hari setelah kelahiran bayi, tetapi ada juga 7 hari paska kelahiran.
  • Mengundang kerabat terdekat, tokoh adat dan pemuka agama serta masyarakat pada hari upacara.
  • Mempersiapkan bahan-bahan peusijuk atau tepung tawar seperti, nasi ketan, oen seneujuk, naleung sambo, beras yang diwarnai, bedak, minyak kayu putih, atau satu set perlengkapan mandi bayi dan air.
  • Mempersiapkan bahan-bahan upacara berupa  kain, sebutir kelapa, madu, pulut kuning, tampi, sapu, parang, cangkul, tangga dan gunting.

2.    Rangkaian upacara dan maknanya

  • Pembacaan doa pembuka yang dipimpin ketua adat. Maknanya memberikan keselamatan dan kesejahteraan kepada bayi.
  • Pecicap adalah saat dimana ketua adat menyulangkan tetesan sari buah ke mulut bayi. Dilakukan sebanyak 2 sampai 3 kali. Ini dilakukan untuk memancing agar bayi membuka mulutnya. Bermakna agar kelak bayi mengenal berbagai rasa.
  • Suleung bulekat yaitu sari buah inti dihancurkan oleh ketua adat yang kemudian disulangkan ke mulut bayi. Bermakna agar jiwa raga bayi tetap berada dalam lingkungan keluarga atau kelompok masyarakatnya.
  • Balek hatee yaitu saat ketua adat mengambil hati ayam lalu diletakkan diatas dada bayi dengan keadaan hati ayam di tentangkan. Kemudian dibolak-balikkan di atas dada bayi sebanyak 7 kali. Bermakna agar kelak bayi menyatu. dan sejalan antara hati dan pemikirannya.
  • Balek boh manok, dada ayam diganti dengan telus ayam. Telur dibolak-balik sebanyak 7 kali. Bermakna yaitu ketika kelak bayi tidak memutar balikkan fakta dan selalu berkata jujur.
  • Pencerminan. Ketua adat mengambil tangan bayi dan memegangkan cermin. Cermin diarahkan ke wajah bayi. Bermakna agar kelak bayi cepat menangkap ilmu pengetahuan yang diajarkan.
  • Baca kitab. Seperti dengan pencerminan, bayi dibantu memegangkan kitab Al-Qur'an dan membuka lembarannya perlahan-lahan. Bermakna agar kelak bayi dapat membaca Al-Qur'an dengan baik, agar kuat iman, dan Taat kepada Allah.
  • Pesijuek. Di tahap ini satu ikatan dedaunan di celupkan ke dalam tepung tawar yang telah di campur air lalu di percikkan ke tubuh bayi mulai dari kaki hingga kepala. Selanjutnya proses memutar beras. Glok yang berisi beras dan sebutir telur di putarkan ke atas dada bayi. Bermakna agar bayi dapat bersahabat dengan siapapun dan selalu terjalin hubungan yang harmonis dan terbina, dapat mengambil keputusan dengan kepala dingin.
  • Peulingka ka'bah. Ketua adat menggendong bayi dan dibawa mengitari undangan yang duduk melingkar. Setiap tamu yang dilewati mengusap kepala bayi. Bermakna agar bayi kelak mengikuti jejak nabi Muhammad yang dibawa keliling ka'bah oleh Abdul Muthaleb ketika beliau masih bayi.
  • Troen u tanoeh. Ketua adat membawa bayi keluar rumah yang diikuti undangan. Kemudian bayi diturunkan, menginjak abu kapur di atas tanah. Bermakna agar bayi mengenal dengan lingkungan sekitar dan mensyaratkan agar bayi kelak bayi memiliki pendirian teguh dan iman yang kekal, seperti sifat tanah yang kekal.
  • Plah boh u. Di sini ketua adat membelah buah kelapa di atas daun pisang. Posisi bayi berada di bawah daun pisang. Setelah dibelah, air buah kelapa dituangkan dipermukaan daun secara memutar dan perlahan-lahan. Sesudahnya belahan kelapa di buang ke arah kiri dan kanan. Bermakna agar kelak bayi pemberani, tidak mudah terkejut dengan semua suara yang ia dengar.
  • Pesijuek ibu bayi. Dilakukan dengan menggunakan dedaunan yang dicelupkan ke dalam tepung tawar yang dicamput sedikir air. Lalu di percikkan ke ibu bayi yang sedang dipayungi dan dilanjutkan ke ayunan yang di gunakan untuk menidurkan bayi. Bermakna makna agar ibu bayi sejahtera dan sebagai rasa syukur karena telah diberi keselamatan oleh Allah SWT pada saat melahirkan.
  • Pe'eh lam ayon. Pada proses ini bayi ditidurkan sambil diayun dan di bacakan shalawat oleh seluruh masyarakat yang mengikuti upacara. Bermakna
    agar ketika bayi besar nanti akan rajin membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW.
  • Peutamong u romoh. Ketua adat menggendong bayi dan memasukkannya kembali ke rumah sambil mengucapkan salam dan salam tersebut disambut dengan masyarakat yang berada di dalam rumah. Bermakna yaitu ketika besar nanti bayi akan
    terbiasa mengucapkan salam pada saat masuk ke rumah.
  • Pembacaan doa merupakan akhir dari seluruh prosesi peutron aneuk. Ketua adat mendoakan anak keselamatan, kesejahteraan dan kemuliaan. makna agar bayi selamat di dunia maupun di akhirat.

3.     Sisi Psikologis Puetron Aneuk

Menelisik dari sudut pandang psikologis terdapat beberapa tema psikologis yang terdapat dalam upacara Peutron Aneuk ini. Kita bisa memulai dari aspek prososial dimana merupakan suatu tindakan menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan.

Dalam pelaksanaan upacara masyarakat akan bergotong royong mempersiapakan dari tempat, makanan hingga menyebarkan undangan. Masyarakat yang membantu biasanya puas jika dapat membantu tetangga mereka yang hajatan.

Aspek lain seperti religiusitas sangat mewarnai prosesi upcara Peutron Aneuk. Religiusitas sendiri berarti pemahaman dan penghayatan individu mengenai ajaran agama yang dianutnya serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, yang merefleksikan ketaatan individu dalam beragama.

Masyarakat Aceh memiliki akar budaya yang dipengaruhi agama Islam. Asimilasi ini telah terjadi semenjak masa kesultanan dahulu dan pengaplikasian nilai-nilai luhur dibawa hingga sekarang.

Aspek yang lain yaitu kelekatan atau attachment yang berarti tingkah laku lekat yang dirancang untuk memelihara kelekatan itu. Bisa dilihat bahwa beberapa bagian prosesi upacara dimaksudkan agar anak memiliki hubungan sosial yang baik terhadap orang tuanya, agama dan masyarakatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline