Lihat ke Halaman Asli

Yuzelma

Giat Literasi

Hindari Hukuman Fisik untuk Siswa

Diperbarui: 7 Februari 2018   04:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: sekolah123.com

Sore ini si adek pulang sekolah dengan muka pucat dan mengeluhkan sakit perut serta pusing dan mual. Setelah ditanya ternyata dia mengakui kalau tidak makan siang karena tidak ada waktu itu alasanya. 

Kenapa tidak ada waktu? Biasanya istirahat siang ada satu jam. Biasanya Waktu istirahat digunakan untuk shalat berjamaah dan makan siang dan tidak ada masalah. Setelah diajak bercerita, terungkaplah kalau si anak satu kelas kena hukum gara -ara ulah beberapa orang. Sehingga Wali kelasnya  tidak diizinkan satu kelas untuk istirahat dan makan siang. Hanya berdiam di kelas. Dan  10 menit jam istirahat mau habis , mereka baru baru diizinkan untuk istirahat.

Masalah bermula dari sini, namanya anak sudah didik untuk shalat tepat waktu, tentu waktu yang bersisa dimanfaatkan untuk shalat. Alhasil saat selesai shalat bel masuk berbunyi. Dan mereka harus masuk kelas, akhirnya tidak ada waktu lagi untuk menyantap makan siang yang sudah dibekali dari rumah.

Sebagai orang tua dan sekaligus sebagai tenaga pendidik, saya kecewa atas tindakan guru anak saya, Guru sudah menghukum seluruh siswa di kelas, hanya gara-gara perlaku beberapa orang. Akibatnya anka baru bisa makan siang jam 4 sore setelah dijemput dari sekolah. Kondisinya  memprihatinkan, muka pucat  dan meraskan sakit perut serta pusing.

Merasa tidak nyaman saya mencoba mengklarifikasi ke guru yang bersangkutan, beberapa kali ditelpon tapi tidak diangkat. Walau baru mendengar penuturan dari satu  pihak (si anak), dan belum mengklarifikasi ke guru yang bersangkutan. Namun tindakan ini adalah tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang  guru.

Kalau pun akan memberikan sanksi atas kesalahan siswa, Silahkan berikan sanksi yang mendidik, jangan pernah memberikan sanksi fisik yang sudah memutilasi hak mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk makan siang. Seorang guru hendaknya malah mengingatkan siswa siswinya untuk makan siang tepat waktu. Apalagi untuk anak yang masih duduk di Sekolah Dasar.

Sanksi yang diberikan oleh guru tidaklah mendidik, dan malah membuat anak menjadi kesal. Mungkin harapan guru dengan memberikan sanksi seperti itu akan dapat merubah perilaku, malah yang terjadi sebaliknya Seberapapun salah seorang siswa, tetaplah yang diberi sanksi yang bersalah. Jangan memberikan funishment ke siswa yang tidak bersalah. 

Guru adalah pendidik, disaat perilkau siswa di luar batas dan susah diatur, saatnya guru memainkan peran sebagai orang tua dan temna. Menghakimi anak anak akn membuat mereka tumbuh menjadi anak anak yang kerdil. 

Sebagai pendidik , dulu saya juga pernah agak keras dengan siswa, ternyata setelah dipelajari ternyata  sanksi sanksi seperti itu tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan perilaku siswa.

Tetap saja yang memberikan perubahan perilaku adalah dengan metode pendekatan, mengajak bicara 4 mata, mencoba untuk memotivasi dan menginspirasi. 

Kalau akan memberikan sanksi silahkan buat komitmen sebelumnya dengan siswa, apabila mereka melanggar, sanksi adalah konsekuensi yang harus mereka tanggung. Namun kalau bisa dianjurkan sanksi ada waktunya, dan harus mendidik. Sanksi mendidik seperti: menghafal ayat-ayat pendek, membaca satu buku dan kemudian menceritakan isi buku ke guru dan lain-lain.

Sehingga sanksi yang ditujukan untuk efek jera bisa terealisasi

Saatnya guru hijrah..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline