Logika politik yang ditunjukan NA sangat tidak masuk akal. Setelah sebelumnya NA mendeklarasikan diri maju bersama Tanribali Lamo (TBL) di Rumah Perjuangan Sang Pengabdi, Jalan Haji Bau, Makassar. NA dan TBL selalu tampil bersama hampir di setiap momen untuk menunjukan bahwa mereka telah yakin bersama. Bahkan hampir di semua kesempatan keduanya selalu saling memuji. Di kalangan Relawan NA-TBL pasangan ideal, birokrat-teknokrat, akademisi-praktisi, sipil-militer. Bahkan slogan 'NA-TBL Harga Mati!' kerap kali didengungkan oleh Relawan saat ada isu yang berhembus NA akan memilih berpasangan dengan selain TBL.
Di kesempatan yang lain, NA menjanjikan beberapa kali akan deklarasi. Akhir April, selepas ramadhan dan terkahir pertengahan september. Hanya saja, apa yang disebut NA sebagai 'tukar cincin' atas komitmennya dengan TBL rupanya kebohongan belaka. Memasuki Oktober, NA membuat pengumuman yang mengejutkan. Keputusan siapa wakilnya diserahkan ke Partai. 'NA-TBL Harga Mati!', rupa-rupanya hanya retorika belaka. NA melempem dari komitmen awal akan bersama TBL, bahkan jikalaupun harus tak maju sesuai kata NA dulu. Apakah karena sebuah ambisi?
Munculnya nama Andi Sudirman Sulaiman (ASS) membuat sebagian Simpatisan dan Relawan sontak. Ada apa gerangan? Siapa orang yang diumumkan namanya ini?
Alasan NA untuk meninggalkan TBL atas alasan elektabilitas Sang Jenderal yang minim sangat bertentangan dengan terpilihnya ASS mendampinginya. ASS tak pernah masuk dalam survei yang diumumkan berbagai Lembaga Survei di Pilgub Sulsel.
Lalu siapakah gerangan ASS ini?
Belakangan terungkap, ASS adalah adik kandung Menteri Pertanian, Andi Arman Sulaiman. Publik pun tahu, Andi Amran Sulaiman adalah Menteri aktif era Pemerintahan Jokowi. Amran masuk jajaran Kabinet lewat usulan dari Partai Perjuangan Indonesia Perjuangan (PDIP) setelah sebelumnya ikut aktif dalam suksesi pemenangan Jokowi-JK di Sulsel. Amran adalah orang PDIP meskipun secara pribadi tidak masuk dalam struktur Kepengurusan.
Status ASS sebagai adik Menteri besutan PDIP semakin jelas saat secara 'live' di layar kaca Televisi diumumkan usungan Pasangan Kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan oleh Ibu Megawati SP. NA yang tampil mengenakan baju merah bermotif dan ASS kemeja nuansa merah muda maju menerima Rekomendasi Usungan PDIP setelah sebelumnya harus mencium tangan Ketua Partai berlambang Banteng itu.
Hal yang menarik yang perlu dicermati adalah isi pidato Ibu Megawati SP. Ia menggambarkan bagaimana situasi Partai besutannya itu di Sulsel dengan frasa 'sakit perut'. Di kalimat selanjutnya dengan sangat jelas Ibu Megawati menyampaikan bahwa NA-ASS yang diusung oleh PDIP akan mendapat tugas memenangkan PDIP di Sulsel. Secara implisit ini meyakinkan publik bahwa NA-ASS punya komitmen kuat kepada PDIP untuk mendapatkan Rekomendasi usungan tersebut. NA-ASS adalah Petugas Partai Banteng.
Tapi, hal yang lebih menakutkan dari itu adalah 'Siapa sebenarnya yang ada di balik ASS ini?'
Kenapa sosok ASS yang tak pernah terdengar sebelumnya bisa menggeser TBL dan sejumlah nama pendamping yang diisukan bersama NA, termasuk deretan nama Pimpinan Partai tingkat Daerah semisal Ni'matullah dan Idris Manggabarani. Secara hitungan Ni'matullah ataupun IMB punya polularitas yang bisa mendongkrak elektabilitas, tidak sebagaimana TBL yang dianggap gagal oleh NA.
Bahkan yang sangat aneh adalah konflik internal yang terjadi di PAN. Dimana Pengurus Wilayah tak bergeser sedikitpun dari komitmennya tetap mengusung IYL-Cakka sebagaimana keputusan awal dari DPP. PAN Akhirnya kini juga mengingkari komitmen yang selalu dibicarakannya di depan publik. Kekuatan apakah gerangan yang membuat DPP PAN merubah arah layarnya untuk mengabaikan Surat Rekomendasi yang sudah dikeluarkan sebelumnya? Apakah basis massa kekuatan klan YL tidak cukup kuat menjadi alasan PAN beralih haluan? Sangat memungkinkan ada kekuatan besar yang bermain di balik ASS sehingha PAN akhirnya dipaksa merapat membawa rekomendasi meskipun antara DPP dan DPW tak selaras. Gerangan apa membuat DPP PAN mengabaikan suara dari DPW PAN di Sulsel yang justru akan terlibat langsung di Pilgub Sulsel?