Baru baru ini di tiktok, salah satu platform hiburan terkemuka sedang trend lagu berbahasa sunda dari Doel Sumbang. Banyak dari anak muda lipsing lagu tersebut dengan ribuan like.
Ini menjadi angin segar bagi bahasa daerah untuk dikenal anak muda. Pasalnya paparan teknologi bagi generasi Alpha menghawatirkan kejayaan bahasa daerah. Proses transformasi bahasa dari generasi dulu dirasakan sangat terhambat.
Masih baik, kementrian pendidikan kebudayaan mengeluarkan kebijakan untuk pelestaraian bahasa di lingkungan pendidikan tingkat Sekolah Dasar. Yang saya kira menjadi stategi yang cukup baik meski dilakukan pada satu jenjang saja.
Bahasa daerah menjadi pemasok bahasa indonesia. artinya jika bahasa daerah tidak dikenal apalagi kesempatan berkembang tidak ada, ini sangat menghawatirkan.
Sebetulnya dewasa ini Saya memperhatikan bahwa bahasa daerah masing-masing menunjukan eksistensinya dengan gaya yang unik, para budayawan sekaligus musisi berlomba-lomba mengangkat bahasanya masing-masing.
seperti Hiphop yang mulai tumbuh di papua tahun 90an secara tidak langsung mengangkat budaya dan bahasanya ke khalayak. Secara eksplisit musik hiphop hampir sama dengan tarian dan ketukan budaya papua. Yang artinya lebih mudah diterima internal terlebih dahulu. Sebelum ekspansi mengenalkan ke luar.
Dinobatkannya Ambon ibu kota Maluku, yang pada tahun 2019 mendapat sebutan City of Music dari UNESCO. Membawa juga bahasa daerah naik daun.
Kini, Ambon mengklaim punya setidaknya 530 musisi, 780 kelompok paduan suara, 94 studio musik, dan 177 grup musik.
Near dan dian sorowea yang memviralkan lagu su sayang rasanya sebuah pantikan untuk masyarakat mengetahui ada bahasa daerah yang dinamis mengikuti pasar dan perkembangan.
Bahasa daerah terus eksis dan selalu diupayakan juga oleh anak muda di pulau Jawa. Lahirnya Jogja Hiphop Foundation yang lebih muda dari hip hop Papua membawa misi yang hampir sama yaitu kebudayaan dan kebahasaan.