Lihat ke Halaman Asli

Yuyun Srimulyati

Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Ikan Kaleng Gratis : Solusi Gizi atau Masalah Baru?

Diperbarui: 14 November 2024   04:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pendahuluan

Pasti Kompasianer sudah mafhum bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) baru-baru ini mengusulkan penggunaan ikan kaleng, termasuk sarden, sebagai bahan makanan bergizi dalam program makan gratis. Usulan ini didasarkan pada kandungan protein tinggi yang terdapat dalam ikan kaleng. Selain protein, ikan kaleng juga mengandung berbagai nutrisi penting lainnya seperti vitamin D, vitamin B12, zat besi, dan omega-3. Nutrisi-nutrisi ini berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan terutama pencegahan gejala stunting pada anak-anak.

Kebijakan ini sebagai bagian dari program makan bergizi gratis telah memicu perdebatan hangat di kalangan masyarakat dan ahli gizi. Di satu sisi, langkah ini dianggap sebagai upaya inovatif untuk meningkatkan asupan protein dan nutrisi penting bagi masyarakat, terutama anak-anak. Namun, di sisi lain, terdapat kekhawatiran terkait kualitas gizi ikan kaleng, kandungan bahan pengawet, serta dampaknya terhadap kesehatan jangka panjang. 

Potensi Manfaat Ikan Kaleng

  • Sumber protein berkualitas tinggi: Ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat baik, penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada anak-anak.
  • Kaya akan omega-3: Asam lemak omega-3 memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk meningkatkan fungsi otak dan mengurangi risiko penyakit jantung.
  • Praktis dan tahan lama: Ikan kaleng mudah disimpan dan tidak memerlukan persiapan yang rumit, sehingga cocok untuk program makan di sekolah atau komunitas.

Kekhawatiran dan Tantangan

  •  Tidak semua ikan kaleng memiliki nilai gizi yang sama. Kandungan garam, lemak, dan bahan pengawet yang tinggi pada beberapa produk dapat mengurangi nilai gizinya.
  •  Konsumsi ikan kaleng dalam jangka panjang, terutama pada anak-anak, perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui potensi risiko terhadap kesehatan.
  • Tidak semua masyarakat menyukai atau terbiasa mengonsumsi ikan kaleng. Faktor sosial dan budaya juga perlu diperhatikan dalam pelaksanaan program ini.

 Nutrisi yang Setara

 Baik ikan kaleng maupun ikan segar sama-sama kaya akan protein, yang merupakan nutrisi penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel. Keduanya juga mengandung vitamin dan mineral penting seperti vitamin D, vitamin B12, zat besi, dan selenium.

Asam lemak omega-3, yang baik untuk kesehatan jantung dan otak, juga terdapat dalam jumlah yang cukup pada ikan kaleng dan ikan segar.

Perbedaan yang Perlu Diperhatikan

Meskipun memiliki kandungan nutrisi yang serupa, ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan:

  •  Ikan kaleng melalui proses pengolahan yang melibatkan pemanasan dan penambahan garam atau minyak. Proses ini dapat mempengaruhi kandungan nutrisi tertentu. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar nutrisi penting tetap terjaga.

  •  Jenis ikan yang dikalengkan dan ikan segar yang dikonsumsi juga bisa berbeda. Beberapa jenis ikan kaleng, seperti sarden, memiliki tulang yang lunak sehingga bisa dimakan bersama dan memberikan tambahan kalsium.
  • Ikan kaleng biasanya mengandung lebih banyak natrium dibandingkan ikan segar karena tambahan garam dalam proses pengolahan. Namun, hal ini bisa diatasi dengan memilih ikan kaleng rendah natrium atau membilasnya sebelum dikonsumsi.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline